Halte Harmony

Utep Sutiana
Chapter #19

BAGIAN 3 - BROWNIES KUKUS

Indira


“Papaku suka sekali brownies kukus,” ucap Aldo ketika laju mobil kami mulai melintasi Jalan Hayam Wuruk.

Aldo mengatakannya dengan mata berbinar. Di matanya, aku menemukan sedikit kebahagiaan yang tersisa.


Aldo menceritakan banyak hal mengenai papanya. Aku menyimak bahasan itu dengan begitu antusias. “Benarkah?”


“Ya. Terutama buatan Mama.” Sekali ini binar itu tiba-tiba meredup.


Aku tahu, ingatan Aldo kini terdampar ke saat di mana keluarganya masih lengkap.

Ada papanya, juga mamanya. Aku terjebak ke dalam suasana tidak mengenakkan yang dibuat oleh Aldo sekali ini. Aku berusaha mengalihkannya.


“Aku punya toko kue langganan yang brownies kukusnya paling lezat,” pancingku. Aldo tertarik dan menoleh ke arahku.


“Benarkah? Di mana itu?” tanyanya penasaran.


Aku diam sementara waktu, berusaha mengingat. Tempat itu sudah lama tidak kusinggahi. Namun, kelezatan kue-kue yang dibuat toko itu—termasuk brownies kukusnya, adalah yang terbaik di seluruh pelosok Jakarta.

Itu menurutku. Entahlah kalau menurut lelaki di sampingku ini.


“Euu …,” aku menjeda waktu, sengaja membuat Aldo penasaran.


“Di mana, ya?” gantungku. 


Please, Indi. Katakan,” bujuknya seraya mengelus punggung tanganku. Sumpah! Desiran listrik itu mengalir begitu hebat hingga membuat napasku terasa sesak.


“Eu …. Eu …..” Aku menjadi sangat gugup.


“Glady’s Cake and Bakery,” jawabku kali ini mantap.


“Hah!” Aldo tampak terkejut. Kenapa?


“Glady’s Cake and Bakery?” ulangnya seraya tersenyum ke arahku.


Aku mengernyitkan dahi. Apa aku salah menyebut nama toko kue itu? “Iya. Betul.”


“Hehe he.” Aldo tertawa. “Ternyata toko yang dimaksud sama dengan yang biasa aku kunjungi. Brownies kukusnya memang benar-benar enak.”


Aku tergugu, ternyata toko kue yang dimaksud oleh Aldo sama, seperti toko kue yang kumaksud.


Mobil kami terus melaju. Bercakap-cakap dengan Aldo sangat menyenangkan.

Ia lelaki dengan tipe tahu segala. Jadi, mau bicara apa pun, ia pasti bisa menimpalinya.

Entah aku telah benar-benar jatuh cinta kepadanya, entah karena aku benar-benar kebelet.

Lihat selengkapnya