Adrian
Adrian tidak benar-benar dengan ucapannya. Ia tahu perjuangan Armielda, kekasihnya itu, sungguh tidak mudah. Berdarah-darah dan telah mengorbankan banyak hal di dalam hidup kekasihnya itu.
Namun, apakah dirinya salah bila siap bertanggung jawab dengan semua kehidupan Armielda sementara kekasihnya itu memilih melepas mimpinya itu?
Dunia modeling bagi Adrian adalah dunia yang tidak beraturan. Undicipliner. Itu sangat bertentangan dengan pola hidupnya.
Adrian bisa saja melepaskan Armielda dari hidupnya dan mencari perempuan lain—yang tentu saja akan dengan mudahnya ia dapatkan, tetapi Adrian tidak bisa melakukannya. Bagi Adrian, Armielda adalah cinta terakhirnya. Tidak ada yang lain.
Beberapa kali Adrian meminta agar Armielda berhenti dari pekerjaannya sebagai model lantas segera menikah dengan dirinya.
Sayangnya, Armielda tipe perempuan berkepala batu. Ia bersikeras dengan pendiriannya untuk tetap menapaki dunianya yang sudah lama diidam-idamkannya.
“Aku menginginkan diriku menjadi seorang guru. Dan … gagal,” ucap Armielda suatu saat. “Lantas aku banting stir dan mencoba mencari impian lain. Menjadi model adalah keinginan yang ingin kucapai berikutnya. Setelah aku mendapatkannya, melepasnya begitu saja adalah kesalahan terbodoh yang kulakukan.”
Adrian tidak setuju kalau melepas karier model adalah sebuah kebodohan yang dilakukan kekasihnya itu.
Malahan, bagi Adrian itu adalah keputusan paling baik. Setiap perempuan harus tidak segitu egois dengan dirinya. Bukankah menikah dan berbahagia adalah tujuan dari setiap manusia di muka bumi ini?