Handoko Arisandi
Handoko Arisandi begitu gemas. Keinginannya untuk menikahi gadis itu mendapat tentangan keras dari anaknya, Richard. Sebenarnya, dirinya sudah yakin bahwa hal ini akan terjadi.
Namun, bukannya ia mempersiapkan cara agar itu tidak terjadi, malahan ia dengan sangat gampang, mencoba mengabaikannya.
Ini tidak seperti yang dibayangkan oleh anaknya. Ia ingin menikahi gadis itu bukan karena hanya ingin menyalurkan syahwatnya semata. Tidak. Tidak demikian.
Handoko merasa bahwa hidupnya kini semakin tua, hingga tubuhnya tidak lagi sekuat beberapa tahun yang lalu. Ia ingin di sisa usianya ada yang mau merawatnya.
Menyadari fakta bahwa istrinya lumpuh dan tidak bisa merawatnya kemudian hari, membuat keinginan Handoko untuk menikah lagi kian menjadi. Ia sadar, dirinya melakukan kesalahan.
Harusnya, perempuan yang akan menjadi pendamping hidupnya tidak seumuran dengan anaknya, Richard. Entahlah, kepada gadis itulah Handoko merasa ada ketertarikan berlebih.
Alissa bukan gadis yang tidak benar seperti yang dituduhkan anaknya itu. Anaknya tidak benar-benar mengetahui fakta bahwa Alissa gadis baik-baik. Ia terlanjur kecewa akan keputusan papanya.
Handoko tidak menyalahkan Richard. Anaknya itu memang berhak marah. Ketika mamanya sedang tergeletak lemah tidak berdaya karena penyakit, harusnya, Handoko, sebagai suaminya ada di sampingnya dan merawat dengan sepenuh hati.
Handoko tidak melakukannya. Malahan pergi mencari perempuan lain sebagai pengganti.