Arya Wijaya
Arya Wijaya berang. Anak gadis semata wayangnya membelot. Ia sama sekali tidak paham akan jalan pikiran anaknya tersebut. Ia sangat menginginkan kehidupan anaknya jauh lebih baik.
Namun, anaknya itu tidak setuju. Audy malah menganggap bapaknya itu terlalu otoriter.
Ini jaman merdeka. Hak azasi manusia sudah diatur dalam perundang-undangan. Memaksakan suatu kehendak, jelaslah sebuah kekeliruan. Itu yang kerap dilontarkan anak gadisnya untuk membela diri.
“Bapak tahu apa soal cinta. Aku lahir dari kehidupan modern, jadi pikiran kolot yang Bapak coba susupkan ke dalam pikiran Audy jelas tidak akan mempan.”
Arya hanya bisa geleng-geleng kepala. Anaknya sudah berani mendebatnya. Hanya karena cinta. Ya, cinta.
Maksud Arya Wijaya baik dengan menyiapkan calon untuk anaknya itu. Namun, penerimaan Audy sangat membuatnya naik pitam.
“Aku sudah punya pacar, Bapak,” tegas Audy.