Halte Harmony

Utep Sutiana
Chapter #24

BAGIAN 4 - SOLITUDE

Rei untuk Solitude


“Kami akan berangkat besok.”

Rei termenung beberapa saat. Ia bingung memutuskan apakah berita yang barusan didengarnya itu adalah berita bagus atau berita buruk.

Bagi Rei, Solitude sudah menjadi bagian terpenting dari kafe yang dimanajerinya. Sudah cukup lama keberadaan Solitude menghibur pengunjung kafe dengam alunan musik mereka yang ciamik, unik, juga enerjik.


Ketika untuk kali pertama Rei mengaudisi mereka, sedikit ada rasa ragu yang menggayuti pikirannya bahwa band seperti mereka, di kafe-nya, hanya datang lalu pergi dalam waktu tidak lama: empat bulan, tiga bulan, mungkin juga satu bulan langsung hengkang.


Konsep kafe yang dinaunginya mengetengahkan live music di setiap malamnya. Tentu saja demi meraup pengunjung kafe sebanyak-banyaknya. Itu artinya penghasilan yang akan masuk ke dalam kas keuangan kafe diharapkan jauh lebih banyak.


Solitude masuk menggantikan Amaro yang keberadaannya tidak bisa menjanjikan apa-apa. Bagi Rei band itu terlalu menuntut banyak kepadanya sementara penampilannya gitu-gitu saja, kalau harus jujur, Rei melabeli penampilan Amaro sangat memprihatinkan. Band jelek tapi banyak maunya.

Belajar dari kegagalan band-band sebelumnya, Rei lebih selektif dalam memilih band yang layak untuk gabung di kafe-nya. Pilihan berikutnya, jatuh kepada Solitude.


Solitude bisa diandalkan. Di bulan kedua keberadaanya, sedikit demi sedikit, Outside Café, kafe yang dimaksud kebanjiran pengunjung tiap malamnya, apalagi weekend Sabtu dan Minggu.

Rei sangat puas. Bahkan rencana mengontrak Solitude untuk tenggang enam bulan saja, langsung ia perpanjang hingga enam bulan berikutnya.


Rei mulai mengenal Malik, Zein, serta Miranti sebagai pribadi-pribadi yang sangat menyenangkan, yang lebih utama, mereka tipe orang-orang yang sangat menghargai waktu. Tidak ada kata terlambat untuk mengawali pertunjukkannya.

Lihat selengkapnya