“ngomong-ngomong maaf ya sudah menuduhmu yang tidak-tidak”aku menoleh mendengar penuturannya, cahaya jingga menerpa wajahnya sehingga menjadi lebih cerah. Aku tersenyum.
“aku juga sudah menyelakaimu-“
“sudahlah tidak apa-apa, lagipula tidak sepenuhnya salahmu”selaku
“berdiri di pinggir gedung memang dapat membuat kesalahpahaman”aku kembali mengadah menatap jingganya warna langit, beberapa kali kudengar kepakan sayap burung yang berkelompok dengan cepat melintasi langit.
“ehm- kalau kau memang sedang ada masalah tidak apa bicara padaku. Aku bisa menjaga rahasia dengan benar kok”serunya diiringi cengiran miliknya.
Aku tertegun mendengarnya lantas menoleh menatap gadis yang baru kukenal ini lagi.Rasanya ingin menangis tapi disatu sisi aku ingin tertawa bahagia. Satu-satunya orang yang kuharapkan kini telah hadir didepan mataku. Seseorang yang aku harap bisa mengerti perasaanku, mendengar semua keluh kesahku. Mungkin kita tidak bisa mempercayai orang hanya dalam beberapa menit saja. Namun, aku bisa melihat kalau Silvi bisa dipercayai bahkan dalam waktu beberapa detik saja.
“kadang kita tidak harus menjawab semua pertanyaan atau bahkan pernyataan yang masuk ketelinga kita kok”
“kita bisa saja mengabaikannya, tetapi kadang pertanyaan dan pernyataan itu bisa membuat kita berpikir atau bahkan intropeksi diri” lanjutnya
Aku terkejut, mungkin aku terlalu lama beradu batin. Silvi mencoba untuk mengerti keadaanku saat ini, sebenarnya aku ingin sekali mengatakan semua masalahku padanya.
“sebenarnya begini Silvi..” aku mulai menceritakan seluruh pengalaman sekolahku padanya, dari masuk kekelas hingga gangguan Mulan dan teman-temannya.
Kulihat ia memperhatikan dengan seksama, apalagi sorot matanya. Mendengarkan satu kata hingga ratusan kata yang keluar dari mulutku, menganggukkan kepala seakan telah mengerti jalan ceritaku. Sepertinya, pekerjaan yang cocok untuknya bila besar nanti bisa menjadi psikolog yang handal. Aku harap itu benar dan dapat terjadi.
“kau tahu Aya, terkadang kita harus diam jika kita berhadapan dengan orang yang sudah mengejek atau merendahkan kita. Ah- iya istilahnya membully. Namun,disaat seseorang sudah benar-benar bertindak diatas batas wajar kita boleh melawannya, kita bahkan harus melawannya.”
“memang kadang hal itu menjadi susah apabila sudah dihadapkan secara langsung, tapi ingatlah selalu kita harus percaya pada diri sendiri. hilangkan rasa takut itu, karena dengan cara itu kita dengan mudah dapat mengatasinya.”lanjut Silvi lalu mendongak menatap langit yang sudah semakin sore. Terlihat beberapa awan bergerak dengan pelan namun sangat pasti, mengelilingi luasnya langit menembus celah yang ada .
Kedatangan Silvi secara tiba-tiba ini menemukan titik terang dalam hidupku. Kata-kata sederhananya mampu membuatku masuk ke dalam arti yang sebenarnya.
“jangan lupa selalu berbuat baik aya, meskipun mereka sudah berbuat buruk kepadamu ya” aku mengangguk antusias, aku sangat mengerti apa arti kata-kata panjang kali lebar Silvi.
Bukan hanya mengerti, otakku terasa seperti merekam semua kata-kata yang telah diucapkan. Suaranya terasa berkali-kali berputar didalam kepalaku.
“ah iya sudah sore ayo pulang”tersadar langit semakin gelap, aku dan Silvi bergegas turun dari rooftop. Menutup pintu merah itu dengan rapat, pintu merah yang dapat membuatku sangat beruntung hari ini. Juga pinggir gedung yang tidak akan kulupakan.