Untunglah, tak lama ambulans yang mereka tunggu datang.
Etika sampai melotot melihat logo rumah sakit swasta di badan ambulans itu. Logo rumah sakit swasta yang terkenal hanya merawat pasien dari asuransi kesehatan tertentu, elit lah pokoknya. Keringat dingin terbit di pelipis Seroja.
“Sori, siapa nama kamu tadi? Ben?” Seroja memberanikan diri bicara.
Ben menengok ke arahnya. “Betul,” jawabnya pendek.
Seroja berusaha tidak kehilangan fokus oleh dagu dan rahang Ben yang bentuknya sempurna seperti patung kemudian dibungkus kulit halus tak bercela.
“Ben, bisa temenku diantarin ke kos aja? Kalau ke rumah sakit…ummm… nanti dicariin orangtuanya… rumah sakit ini juga terlalu jauh.”
Ben berpikir sebentar. “Bisa minta tolong kamu yang kabari orangtuanya?”
“Gimana ya… nanti mereka terkejut….”
“Karena dibawa ke rumah sakit?” tanya Ben.
“Tepatnya karena dibawa ke rumah sakit yang itu.”
Ben sepertinya mulai paham. Ia menunjuk logo rumah sakit di badan ambulans.
“Nggak usah pikirkan biayanya. Rumah sakit itu punya kelua ….” Cowok itu berhenti sejenak. Seperti menimbang kata-katanya sebentar, lalu melanjutkan. “…punya program pasien gawat darurat yang bagus, murah, diskon untuk mahasiswa.”
“Terima BPJS nggak?” Etika menyela sedih.
Ben hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu. “Kalian ikut nemenin juga di ambulans kan? Ayo naik.”