Kristoper masih bicara.
Ia bicara tentang berusaha meyakinkan kepada pihak Rektorat Jasved bahwa aksi demo mahasiswa yang dilakukan tiga fakultas adalah aksi damai. Tidak ada niatan mahasiswa yang berdemo untuk membuat kerusuhan.
Kristoper menyampaikan pada pihak Rektorat bahwa kericuhan yang terjadi kemarin adalah ulah oknum entah siapa yang memprovokasi mahasiswa untuk mulai melempari barisan Menwa dan satpam kampus dengan batu dan pecahan kaca.
Tapi mahasiswa yang demo sendiri tidak bersalah. Karena itu, Kristoper minta, pihak Rektorat harus menarik satpam kampus dan Menwa dari mengejar atau menangkapi peserta aksi, sebelum jatuh banyak korban.
“Pihak Rektorat memaklumi kesulitan kita dan menghargai niat kita yang ingin melakukan demo aksi damai. Tapi tetap saja Rektorat menilai kita gagal karena tidak bisa mencegah penyusup memasuki barisan kita. Sebagai konsekuensi….”
“Apa? Mereka mau potong anggaran UKM lagi?” Ada yang menyahut.
“Atau mau naikin biaya semester lagi? Kasih skors? Atau mau nge-DO kita?”
Yang terakhir disambut dengan tawa miris bersama dan –huuu dari seisi ruangan.
“Bukan,” Kris menjawab dengan sabar.
“Mereka minta tolong supaya kita bicara sama anak-anak BEM di Fakultas Teknik. Supaya kejadian demo yang disusupi ini tidak terulang lagi, apalagi rencananya minggu depan anak-anak Teknik di bawah koordinasi BEM Teknik mau ikut long march bareng mahasiswa lima universitas lain di ibukota. Lokasi sementara di Monas.”
“Ngapain BEM Teknik long march rame-rame ke ibukota sama universitas lain tapi ngga mau gabung kita demo kemaren?” Ada yang bertanya.
Kris mengembuskan napas. Sekilas ia melirik pada Seroja.
“Kalian tahu kan kalau yang mendadak naik biaya kuliahnya bukan cuma kita di Jasved, tapi juga di banyak universitas lain. Akan ada aksi demo mahasiswa besar-besaran di ibukota untuk menuntut pemerintah turun tangan dan menegur rektor-rektor langsung. Anak-anak Teknik merasa demo langsung ke ibukota lebih efektif daripada demo di sini seperti kita kemarin.”
Seroja melipat tangannya di dada. Ekspresinya muram. Doni yang duduk di sebelah Seroja berbisik.