Keesokan paginya ketika mata Seroja bahkan belum terjaga sempurna ketika ponselnya ribut bergetar. Seroja memicingkan mata untuk melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Ia langsung meloncat duduk di tempat tidurnya, berdeham-deham membersihkan tenggorokan.
"Halo, Ibuk?"
"Seroja, kamu sudah bangun?"
"Sudah, Buk." Seroja menggosok wajahnya. "Ada apa Buk, pagi-pagi."
Suara penuh wibawa campur cemas di seberang sana tanpa basa-basi mencecar. "Ja, Ibuk baru lihat ada video rusuh demo mahasiswa di kampus kamu. Ada temen Ibuk yang share ke grup chat. Dimana-mana demo mahasiswa. Kamu nggak ikut kan Ja? Jangan ikut demo-demoan. Belajar saja yang benar. Mahasiswa sekarang gampang banget kena skors kuliah, nanti kamu nggak lulus-lulus."
Seroja hanya diam, matanya setengah terpejam menunggu wejangan Ibuk usai.
"Ja, kamu dengar nggak?!"
"Iya Buk. Aku cuma ikut nonton saja. Satu fakultas kan ikut masa aku nggak. Lagipula kemarin itu demo protes soal biaya kuliah yang naik. Nggak naik aja kita udah bingung gimana baya...."
"Seroja." Suara Ibuk memotong tajam dan lelah, tanpa kompromi. "Soal biaya kuliah kamu dan Kamal biar Ibuk yang pikirkan. Tugas kamu dan Kamal itu cuma belajar."
Seroja tahu tidak ada gunanya membantah kalau Ibuk sudah mengeluarkan nada yang otoriter penuh perintah begitu. Ibuk sedang cemas dan maunya dituruti. Ia menelepon Seroja bukan untuk negosiasi, bukan untuk tawar-menawar.
"Oke Buk," jawab Seroja. "Seroja tidak ikut demo lagi. Ibuk sehat-sehat ya, jangan terlalu sibuk, nanti kecapekan. Kamal saja yang belanja dan masak, jangan semuanya dipegang Ibu."
Ibuk seperti menggerutu sesuatu, tidak terlalu jelas di telinga Seroja, mungkin kesal karena mau menasehati putrinya malah balik dinasehati. Seroja hanya bisa mendengar jelas beberapa kata di ujung gerutuan Ibuk sebelum telepon dimatikan. ".... mak... jangan aneh-aneh lagi ya Ja."
Gadis itu menghela napas, geleng-geleng. Ia mengecek jam di dinding kamar kosnya. Pukul tujuh pagi, dua jam lagi dia ada janji bertemu dengan Birawa, ketua BEM Teknik. Apakah ia harus mandi ataukah ia harus merenungkan strategi mau bicara apa nanti? Mood-nya buyar seketika karena telepon dari Ibuk.
"Mandi aja ah, daripada gila." Seroja memutuskan.
Begitu memasuki area Fakultas Teknik, Seroja membelokkan motornya ke kantin pusat. Setelah berpikir panjang kali lebar kali tinggi pangkat sekian, ia memutuskan untuk memarkir motornya di kantin fakultas, bukan di pelataran parkir Jurusan Teknik Sipil. Jurusan yang dihuni banyak dedengkot BEM Teknik
Hai, Ja, ngobrolnya pindah ke ruang serbaguna Sipil aja y. Ditunggu.
Ronal BEM Sipil ( 6289675xxxxx)