Beautiful Gadis

Anggia Novkania
Chapter #7

7. Tak Bisa Lupa

     

  "Memangnya, buat apa mereka tau? Aku baik-baik aja. Jadi apa masalahnya?" Hiro berkata dengan lantang.

  "Hiro....!!" teriak ibu Rani memperingatkan.

  "Nggak punya sopan santun....! Berhentilah keras kepala, sebelum Kakek merasa kesal dan memukulimu lagi." marah Kakek Osamu pada pemuda tersebut yang terlihat mengabaikannya.

  "Ok! Baiklah Kek. Tapi, biar aku yang memilih, siapa yang pantas menjadi wali kelasku nanti. Aku akan membiarkan Kakek mengatur mereka," jelas Hiro tak mau memandang wajah kakeknya yang dipenuhi oleh kerutan.

  "Setidaknya Kakek mengizinkanmu pergi ke sekolah, bertindaklah sewajarnya seperti seorang siswa. Buktikan kalau kamu memang benar-benar sudah sembuh seperti apa yang kamu katakan," tegas Kakek Osamu merasa kesal dengan kelakuan cucu satu-satunya.

  "Hiro, kamu bisa memilih gurumu sendiri berdasarkan data dari berkas di dalam map ini. Silahkan pilih guru seperti apa yang kamu inginkan," kata Ms.Hita sambil menyerahkan tumpukkan map kepada Hiro.

  "Mis yang pasti untuk beauty class, gurunya seorang wanita kan? Aku menginginkan seorang guru wanita yang..." Hiro tak melanjutkan kalimatnya.

"Yang seperti apa? tanya Ms.Hita.

  "Transgender...," bisik Hiro kepada sambil tersenyum kecil menatap Ms.Hita. Lantas perempuan itu membulatkan matanya sedikit terkejut saat mendengar keinginan Hiro.

  "Hei! katakan yang jelas guru seperti apa yang kau inginkan?" marah Kakek Osamu.

  "Yang pasti, guru yang tidak membahayakan untukku. Mungkin guru yang nggak mudah emosi, kaya Kakek." lanjut Hiro

  "Please Hiro. Jangan memulainya. Mamah tahu, siapa guru yang pantas menjadi walikelasmu. Mamah akan merekomendasikan guru tersebut." Ibu Rani muak dengan pertengkaran antara Kakek dan Hiro, sehingga beliau mulai mengalihkan pembicaraan.

"Kamu, boleh meninggalkan ruangan ini dan langsung pulang ke rumah, jangan pergi ke tempat yang berbahaya. Hindari tempat yang ramai. Mamah nggak mau kamu menantang maut lagi." tegas Bu Rani lagi.

  "Iya Mamahku tersayang." Hiro memeluk Mamahnya yang membeku menahan amarah, kemudian ia pergi sambil membawa beberapa map yang diberikan Ms.Hita.

  "Ayah, tahu kan resikonya? Haruskah ayah membiarkan Hiro bersekolah di sekolah umum?" tanya Ibu Rani pada ayah mertuanya.

Lihat selengkapnya