"Rasanya satu tetes tuba yang membasah dalam dadaku begitu pekat namun terasa amat menyakitkan.
Bahkan hitamnya jelaga tak seusang suramnya masa depanku. Seakan tak ada hari esok yang menyambut kehadiranku.
Sukma dalam raga terdiam tak mampu meneriakkan derita yang kurasakan.
Dapatkah kita bertemu?
Aku ingin berbagi, atau setidaknya mengharapkan secercah cahaya yang datang bersama dengan dirimu. Aku, cukup mampu bersabar lebih lama. Bahkan rasa sakit di tubuhku tak lagi membuatku gentar. Hanya untuk menunggumu. Seperti halnya hari ini. Sesakit apapun itu, aku akan membuat diriku mati rasa," Hiro menatap dalam mata kakeknya yang memerah. Lelaki itu seakan sudah siap, dan tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Di suatu ruangan rumah mewah, siang itu..
"( Plakkk....!!!!)" suara tamparan yang cukup keras sangat memekakan telinga.
Perempuan itu benar-benar terkejut saat dirinya baru saja tiba, namun sudah disambut oleh suara tamparan. Tak berhenti sampai disitu, suara itu terus berlanjut. Tubuh seseorang jatuh terpelanting oleh suara pukulan yang amat kuat. Kemudian terdengar suara lelaki muda yang begitu kesakitan. Bahkan rintihannya membekas menyisakan gema ditelinganya.
Gadis merasa, iba. Setidaknya hatinya tergerak untuk mengikuti asal kegaduhan di rumah mewah tersebut. Langkah kakinya menggema memecah sunyi. Perempuan muda itu masih belum mengetahui, rumah siapakah yang sebenarnya sedang ia kunjungi bersama dengan dr. Taqi. Bahkan dr. Taqi tak memberikan petunjuk sedikitpun kepadanya.
Beberapa menit yang lalu dokter muda itu, meninggalkan remaja tersebut di ruang tamu. Ia merasa amat canggung berada di rumah sebesar ini sendirian. Namun saat sedang menunggu, dirinya lebih terganggu dengan suara siksaan di rumah tersebut. Membuatnya tak bisa menahan diri untuk berkeliling. Lantas ia memperlambat langkah kakinya sambil mengendap-endap.
Asal suara tersebut berasal dari sebuah ruangan dengan wallpaper motif batik berwarna emas. Lalu perempuan itu mengintip dari balik jendela kaca. Terlihat olehnya seorang pemuda berada dilantai sambil merintih kesakitan. Sangat malang dan terlihat lemah. Remaja tomboy tersebut, tak begitu jelas melihat wajahnya karena membelakanginya. Dia harus berhati-hati agar tidak ketahuan. Seorang kakek dengan kulit pucat yang tampaknya sedang melampiaskan amarahnya pada pemuda yang ada didepannya. Terlihat familiar baginya.
"Beraninya kamu....!!! Dengarkan sekali lagi, jangan menganggap dirimu baik-baik saja sebelum Kakek melihatmu berada di dalam kelas itu....!!!( Brakkkk!!!)." Pemuda tersebut menerima tendangan terakhir sang Kakek yang segera pergi meninggalkannya sendirian di dalam ruangan emas. Ia mulai mengingat kembali kejadian saat di sekolah beberapa waktu yang lalu. Saat dirinya bertemu dengan seorang kakek di sekolah. Dan ternyata dialah kakek tersebut. Hanya saja, sikap beliau sangat berbeda saat bertemu dengannya.
Gadis tak tahan ingin menolongnya. Namun tiba-tiba munculah Dokter Taqi yang segera menghentikan langkahnya. Mungkin Dokter Taqi ingin mengajak perempuan muda itu bertemu dengan pemilik rumah mewah tersebut. Dirinya tak bisa berhenti memikirkan nasib pemuda naas itu.
Namun ternyata di halaman belakang, Gadis melihat pemandangan yang sangat kontras. Sang kakek sedang bercanda dengan seorang pemuda lainnya. Bahkan sikapnya sangat berbeda dengan lelaki yang ditamparnya tadi. Gadis merasa aneh dengan apa yang baru saja dilihatnya saat berjalan bersama dengan Dokter Taqi, menuju ke sebuah ruangan lain.
Rumah yang mewah ini, memiliki aura yang sangat suram dan gelap. Begitu pula dengan ruangan yang di masukinya kali ini.
"Bu... Saya sudah membawa Gadis untuk menemui Ibu..." Dokter Taqi memberi tahu dua orang wanita yang sedang duduk di sofa ruangan tersebut.
"Ya... , dia pasti sudah mengenal kami sebelumnya." Wanita itu berkata dengan suara yang sangat khas, sehingga Gadis dapat mengenalinya dengan mudah meskipun Gadis tak melihat wajahnya. Gadis penasaran mengapa Dokter Taqi mengajaknya bertemu dengan Bu Rani. Dan ada hubungan apa antara Dokter Taqi dan Ibu Rani. Gadis hanya diam sambil terus berfikir dan mencari tahu hubungan antara orang-orang yang ditemuinya di rumah tersebut.
"Bu Rani....?" tanya Gadis memastikan.
"Hemmm... Ya.. Kamu tahu kan mengapa kamu berada di tempat ini."
"Sebenarnya ada apa ya... ?? Kak..bisa jelasin ini nggak...? Kok Kakak bisa kenal sama Bu Rani. Gadis, nggak ngerti," tanya Gadis sambil berbisik dengan Dokter Taqi.
"Saya belum jelasin sama Gadis yang sebenarnya Bu," jelas Dokter Taqi pada Bu Rani masih dengan posisi berdiri bersama dengan Gadis.