Di ruangan Ibu Rani. Akhirnya Dokter Taqi melanjutkan menjawab pertanyaan dari Gadis.
"Ada... Seperti yang kami katakan sebelumnya, melalui hipnoterapi. Agar hasilnya maksimal, kami harus tahu dulu awal mula Hiro mengalami venustraphobia. Hiro selalu bungkam saat kami menanyakannya. Walaupun dalam keadaan tak sadarkan diri, Hiro tak pernah menjawab pertanyaan dari kami. Mungkin saja, dia tak ingin mengingatnya. Yang pasti trauma itu ada kaitannya dengan seorang wanita cantik," jelas Dokter Taqi.
"Suatu hari, waktu Hiro berumur sepuluh tahun. Dia tiba-tiba menghilang selama dua hari dua malam. Ibu seperti kehilangan akal saat berusaha mencarinya. Kemudian, seseorang menemukan Hiro dalam keadaan linglung dan wajahnya sangat pucat. Beberapa kali dia mengalami kejang dan koma secara tiba-tiba. Kami tak pernah tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada hari itu. Hiro tak pernah mengatakannya pada kami," jelas Bu Rani pilu.
"Bu Rani, saya akan mencoba mencari tahu apa penyebabnya.. Masalahnya adalah... saya juga kan seorang perempuan." Gadis baru menyadarinya. Kemudian Miss Hita mengeluarkan sesuatu dari laci meja kerja.Sebuah amplop besar berwarna coklat. Lagi-lagi Miss Hita mengeluarkan beberapa lembar foto dari amplop tersebut. Dia memberikannya pada Bu Rani.
"Lihat ini... Ibu tahu, kamu pernah bertemu dengan Hiro, saat dia mencoba melarikan diri dari rumah. Dan dia nggak menunjukkan reaksi apa pun saat bersama kamu." Bu Rani memberikan foto itu pada Gadis.
Gadis merasa ragu dengan foto yang diberikan Miss Hita kepadanya. Apakah benar Gadis pernah tak sengaja bertemu dan bersama dengan anaknya Ibu Rani? Gadis terkejut saat memandang foto yang diberikan kepadanya.
"Ini Hiro...? Bukannya ini Ibrahim Gato? Terus yang di halaman belakang tadi, yang bersama Kakek itu siapa?" Gadis melihat orang yang ada di dalam foto itu adalah lelaki berhoodie yang dicarinya selama ini.
"Hemm.... yang di halaman belakang sama Kakek itu adalah Daniel, anaknya Pak Dirman. Dia adalah sopir keluarga kami. Daniel adalah satu-satunya sahabat Hiro, dan Kakek sangat menyayangi anak itu. Dan kamu bener sih... Ibrahim Gato itu nama lahir Hiro. Nama yang tertera pada surat-surat berharga seperti ijazah dan akte adalah pemberian dari Papahnya. Sedangkan nama Jepang pemberian Kakeknya adalah Akihiro Gato. Kamu tahu kan, bahwa pendiri perusahaan Lentera, Kakeknya Hiro berasal dari Jepang. Kami biasa memanggilnya Hiro," jelas Bu Rani sambil melihat kembali foto-foto kebersamaan Gadis saat bersama dengan Hiro.
"Saya bisa mengerti, kenapa Hiro nggak menunjukkan reaksi apa pun saat bersama Gadis. Lihat aja penampilannya.. Ya Allah, saya aja nggak merasakan kalo dia itu perempuan lho bu," ejek Dokter Taqi, yang membuat Bu Rani tersenyum saat melihat Gadis.
"Kaaaakkkk....!!" marah Gadis.
"Dari yang Ibu dengar. Kamu juga pandai dalam ilmu beladiri, iya kan?" tanya Bu Rani.
"Sebenarnya, hanya ilmu beladiri yang paling dasar. Saya pernah jadi tukang sapu di padepokan pencak silat dan beberapa kali bekerja di sasana tinju. Sedikit banyak, saya menyerap ilmu yang di ajarkan dan bisa mempraktikannya dengan baik."
"Good.. Ibu merasa kamu layak mendapatkan kartu ini. Jadi persyaratan yang Ibu berikan yang pertama adalah kamu harus menjadi partner Hiro sampai kalian lulus dari SMK Lentera Foundation. Yang kedua adalah kamu harus melindungi dan menjaga Hiro dari siapa pun yang bisa membahayakan jiwanya. Yang ketiga adalah mencari penyebab Hiro mengalami venustraphobia. Yang keempat adalah kamu harus tinggal bersama kami di rumah ini. Yang kelima adalah kamu harus merahasiakan keadaan Hiro pada siapa pun, selain kami di sini. Itu adalah lima poin penting yang harus kamu ingat. Miss Hita sudah menambahkan beberapa persyaratan lain yang akan kamu pahami. Kamu harus menandatanganinya untuk menerima kartu platinum ini. Ibu bisa mengubahnya sewaktu-waktu sesuai keadaan. Apabila kamu melanggarnya, kamu harus mengembalikan kartu itu pada Miss Hita."
"Jadi, saya harus tinggal di rumah ini...?"
"Iya.. Gimana Dis....? Apa kamu sanggup melakukan misi yang ibu berikan buat kamu... ? Atau mungkin, lebih baik kamu menyerah saja.."
♡♡♡♡♥♡♡♡♥♡♡♡♥♡♡♡♥♡♡
Gadis hanya mengamati Hiro dari kejauhan, saat Dokter Taqi membersihkan lukanya. Di sebuah ruangan yang mirip dengan perpustakaan tersebut, lelaki muda itu terduduk di kursi kayu tua dengan menengadahkan wajahnya di depan sebuah jendela. Dokter Taqi kemudian bergegas membereskan obat-obatannya untuk bertemu dengan Ibu Rani di sebelah ruangan yang baru saja ditinggalkannya itu.
Gadis yang sedari tadi hanya memandang pemuda itu dari pintu, tiba-tiba ia merasa seperti ada yang merangkak dan mencabik-cabik tenggorokkannya.Mungkin debu-debu halus yang beterbangan di antara sela buku-buku tua membuat tenggorokkannya menjadi gatal. Atau mungkin juga dia akan kembali kehilangan suaranya seperti beberapa waktu yang lalu saat kali pertama bertemu dengan Hiro.
Seakan sudah mengetahui situasi yang akan dihadapinya, Gadis segera mengambil permen radang yang sering dibawa dalam ranselnya. Dia hanya merogohnya dengan asal sambil terus menatap Hiro yang sedari tadi hanya diam membeku dengan pipi penuh lebam berwarna kebiruan. Wajahnya bagaikan landasan tanpa naungan yang seakan berkilau ditimpa cahaya dari luar jendela. Meskipun siluet Hiro yang nampak di dinding, terlihat sangat mempesona... bak seorang model profesional, Gadis tak begitu menghiraukannya.
Remaja tomboy itu justru lebih bahagia, saat berhasil menemukan sesuatu berbentuk bulat dari dalam tas ransel kesayangannya. Lengkungan tipis di sudut bibirnya semakin jelas terlihat. Namun wadah permen tersebut, tiba-tiba tergelincir dari telapak tangannya yang basah.
Yaa.. telapak tangan Gadis seringkali basah tanpa sebab yang jelas. Bahkan baru memegangnya saja sudah terasa licin, sehingga membuat wadah tersebut menggelinding dengan cepat dan berputar-putar di sebelah kaki Hiro. Namun lelaki muda itu tak bergeming oleh suara berisik yang ditimbulkan puluhan permen dalam wadahnya. Seakan jiwanya entah kemana, terbang melayang jauh meninggalkan tubuhnya.
Gadis melangkah pelan memasuki perpustakaan yang cukup luas dan dihiasi beberapa rak berukuran sedang. Tak hanya rak, lemari, dan buku.... Berbagai macam benda dan sebuah piano tua juga turut mengisi sudut kosong ruangan tersebut. Gadis hendak mengambil puluhan permennya yang berharga dalam wadah bulatnya di bawah meja.