Selepas istirahat pertama, Miss Hita berencana mengenalkan beberapa peralatan yang akan digunakan di kelas SFX. Tampaknya dia harus kecewa, karena dua murid kebanggaannya itu ternyata tidak berada di dalam kelasnya. Hanya manekin berambut panjang yang mungkin akan menjadi muridnya kali ini.
Wanita berparas ayu itu beberapa kali mengetukan sepatu highheels miliknya. Bahkan dia juga menghela nafas sangat dalam. Barangkali helaan nafasnya menggambarkan perasaannya yang merasa dipermainkan. Dia mencoba berpikir positif, siapa tahu ada sesuatu yang terjadi dengan kedua muridnya tersebut. Atau yang lebih parah lagi, mereka berdua membuat masalah baru di sekolah ini. Dalam benaknya ia bertanya di mana kedua murid istimewanya tersebut berada. Pertanyaan tanpa jawaban yang jelas kalau dia hanya duduk diam dan menunggu di dalam ruangan kosong tersebut.
Tanpa banyak membuang waktu, wanita itu segera menghubungi Hiro. Namun beberapa kali dia mencoba menelepon lelaki itu, tapi tak ada jawaban darinya. Dia merasa sedikit cemas. Mungkinkah apa yang ada di dalam pikirannya, benar-benar terjadi..? Ahh.. dia menepis kembali pikiran buruknya. Tak cukup hanya menghubungi Hiro, dia kemudian berusaha menghubungi Gadis. Akan tetapi... hasilnya sama saja, keduanya tak menjawab telepon dari wali kelasnya tersebut.
Ada apa dengan mereka berdua... Hari biasanya, mereka selalu bertengkar dan berdebat siang dan malam. Tapi di saat seperti ini, mereka malah kompak meninggalkan wali kelasnya.. tanpa kabar yang jelas. Mereka seakan menghilang ditelan bumi. Miss Hita tidak kehilangan akal dan segera melangkahkan kakinya menuju ruangan sistem keamanan sekolah. Dia memeriksa dengan seksama rekaman CCTV di sekolah tersebut. Bersama seorang kepala keamanan bertubuh tegap dan besar, beliau akhirnya menemukan di mana jejak terakhir keduanya terlihat.. Ternyata mereka menuju lantai lima secara terpisah.
Miss Hita semakin khawatir bila terjadi sesuatu dengan mereka berdua. Atau mereka malah membuat masalah di hari pertama sekolah mereka. Sambil membawa setumpuk buku panduan belajar, wanita itu mempercepat langkah kakinya memasuki lift. Kemudian ia menuju lantai teratas di gedung sekolah tersebut.
Sesampainya di depan unit nomor tiga belas milik Hiro, Miss Hita sedikit ragu.. Apa benar mereka berdua sedang berada di unit ini..? Untuk mengetahui potongan dari teka-teki yang ada di dalam otaknya, ia segera memasukan kode rahasia nomor 35xxxx. Seperti nada dering ponsel yang telah berhasil melakukan panggilan, pintu itu juga terdengar memiliki suara yang sangat khas sebagai tanda, pintu telah berhasil dibuka.
Yaaa.. Miss Hita selalu mendengar orang berkata" everyday is a surprise" dan tampaknya dia menemukan surprise itu hari ini…. wanita dengan setelan berwarna pastel tersebut terkejut bukan main, saat melihat pemandangan yang ada di dalamnya unit nomor tiga belas. Dia menjatuhkan semua buku panduan yang dibawanya sambil menutup mulut dengan kedua telapak tangan nya. Dan ternyata Miss Hita melihat Gadis sedang...
♡♡♡♡♡♡♥♥♥♥♥♡♡♡♡♡♡♡
Setelah Hiro memohon kepada Gadis( melanjutkan eps/bab sebelumnya)...
Gadis mencoba mengulur waktunya untuk berfikir sambil membersihkan darah Hiro, yang masih terus mengalir.
"Boy.. Mikirnya... jangan lama-lama aku bisa mati...," ucap lelaki itu menatap manik mata Gadis lebih dalam. Perempuan itu mencoba bersikap tenang agar bisa mengambil keputusan dengan tepat.
"Tiduran dulu aja...." Gadis berkata seraya mengambil ponsel dalam kantong celananya.
"Jangan hubungi mereka.. Please.. Kalo mereka tahu aku kaya gini, aku nggak bakalan bisa sekolah lagi. Kamu juga nggak ada kesempatan buat sekolah di sini...," cegah Hiro pada Gadis yang masih merasa bingung harus berbuat apa. Lantas ia memasukkan lagi ponselnya ke dalam kantong celananya.
"Hemm...." Gadis berjalan mondar-mandir di depan Hiro. Tampaknya ia mulai kebingungan sambil terus berpikir untuk segera mengambil obat itu, atau menolaknya saja. Entah sampai kapan ia harus menunggui Hiro hingga keadaannya benar-benar membaik.
"Buruan... Buka kotaknya sekarang. Pakai fingerprint, nanti kamu bisa ambil salep luka bakar di dalamnya juga," ucap Hiro dengan susah payah. Lelaki itu masih teringat dengan tangan Gadis yang tersiram kuah panas dari mangkuk Adhity.
Lantas remaja tomboy itu berjalan ragu menuju kotak yang berjajar rapi di antara beberapa Guci yang terpajang pada rak di sana. Memang benar apa yang dikatan Hiro, box obat yang dilihatnya memang harus dibuka dengan menggunakkan sidik jarinya. Wah.. Ternyata, Bu Rani sangat mempercayai dirinya.
Gadis masih berpikir dan mengetuk jemarinya di atas rak berwarna gelap. Dirinya hanya bisa menghela nafas dengan resah. Mungkin keputusan yang di ambilnya ini, bisa mempengaruhi hidupnya. Apa dia harus mengkhianati kepercayaan Bu Rani hanya untuk menolong Hiro? Apa Hiro benar-benar akan kehilangan nyawanya bila Gadis tak memberikan obat tersebut padanya.
Tiba-tiba perempuan itu mendapat pencerahan dengan mengambil kesempatan dari kejadian ini. Mungkin ini saat yang tepat untuk bertanya mengenai penyebab dari penyakitnya Hiro. Atau sebuah petunjuk yang bisa membawanya pada kesembuhan lelaki itu. Bagaimana mungkin, ia melupakan isi perjanjian sekaligus wasiat dari Kakek Sam? Gadis memiliki tujuan yang lebih besar, dari sekedar menjadi seorang partner untuk lelaki tersebut. Perempuan itu menoleh menatap Hiro lebih dalam.
Gadis mulai memindai sidik jarinya pada box tersebut. Lantas wadah itu terbuka dengan sendirinya. Terdapat berbagai macam obat di dalam sana. Sebagian besar memiliki simbol bahwa obat-obatan tersebut adalah obat berbahaya. Gadis segera mengambil obat yang dibutuhkannya sekaligus salep luka bakar untuk dirinya sendiri. Dia kembali menatap Hiro dari kejauhan. Sebenarnya ada sedikit rasa kasihan untuk lelaki tersebut. Bahkan untuk mengobati dirinya sendiri, Hiro membutuhkan ijin dari orang lain. Lelaki itu benar-benar terlihat sekarat.
Namun tampaknya, Gadis telah kehilangan empati dan simpatinya. Entah kejadian apa yang pernah menimpa remaja tersebut di masa lalu ? Sehingga ia dengan teganya mempermainkan Hiro saat membutuhkan pertolongannya.
"Hiro...," ucapnya dengan ekspresi wajah datar, memperlihatkan satu butir pil yang sangat berharga untuk lelaki tersebut.
"Boy...," ucap lelaki itu lemah seraya berbaring mencoba meraih pil itu dari tangan Gadis.
"Hemm.. jawab dulu pertanyaanku...," kata Gadis mendekatinya. Kemudian ia menyembunyikan antidepresan tersebut di belakang punggungnya.
"Apa...? please obatnya Boy..." Bujuk Hiro pada remaja tomboy yang ada di sampingnya.
"Nggak, bisa... Maaf Hiro. Tolong jawab dulu pertanyaanku," kata Gadis sambil menyumpal lubang hidung Hiro yang hampir saja melelehkan kembali cairan kental berwarna merah gelap.
"Aa..Apa..?" tanya Hiro lemah dengan posisi berbaring di sofa.
"Hari ini, beda sama hari saat pertama aku ketemu sama kamu... Gimana bisa kamu jadi kaya gini? Siapa orangnya?" tanya perempuan itu perlahan pada lelaki yang berada di sampingnya.
"Itu... Karena tadi di kantin.." Lelaki itu tak sanggup melanjutkan.
"Di kantin? Ehmm.. siapa? Aku yakin yang bikin kamu jadi kaya gini. Dia sekolah di sini kan..?"