"Sebenernya apa....? Saya belum pernah melihat pemandangan yang aneh seperti yang kalian lakukan. Sebagai seorang ketua kelas kamu sangat mengecewakan...," marah Miss Hita di ruang kesehatan.
"Tadi emang aku yang ngajakin Gadis ke atas. Karena kita mau latihan buat acara sekolah. Miss Hita inget kan, Bapak kepala sekolah bikin acara apa...?" jelas Hiro mengingatkan seraya menyembunyikan kebohongannya.
"Saya juga yang memaksa Hiro untuk mengikuti acara itu.. Soalnya, saya belum pernah jalan-jalan ke luar negeri, setidaknya sekali dalam hidup saya. Tolong, maafkan kami ya Miss...," kata Gadis mencari alasan sambil memohon pada Miss Hita dengan air muka yang datar.
"Hadeh...kenapa kalian mendadak kompak kaya gini ?Mencurigakan...!! Terus.. ngapain kalian berada atas sana? Seandainya Bu Rani tahu apa yang kalian lakukan, pasti beliau nggak bisa memaafkan kalian," marahnya lagi, masih terduduk di kursi panjang ruangan tersebut bersama dengan Gadis.
"Anda salah paham Miss... tadi resleting Hiro tersangkut paku, saya berusaha menolongnya.." Gadis memelas agar gurunya merasa iba, hanya saja aktingnya kurang meyakinkan. Lantas perempuan muda itu menggenggam jemari wali kelasnya.
"Saya lihat sendiri nggak ada paku di lemari tua itu...," kata Miss Hita sambil melepaskan genggaman tangan muridnya tersebut.
"Kalau Miss Hita nggak percaya, yaudah nggak apa-apa." Hiro beranjak dari tempat tidur, ruangan tersebut.
"Jadi gini kejadiannya, tiba-tiba paku itu terlepas dan nggak tau jatuh dimana. Saya nggak bohong Miss." Gadis berlutut dindepan Miss Hita yang terlihat sangat kesal saat memandang wajahnya.
"Hoiii... Berdiri...!!! Ngapain kamu kaya gitu," ucap Hiro kesal seraya menarik kerah baju perempuan itu, agar segera berdiri dan mengikutinya keluar.
"Apa..? Pergi sendiri sana!" Gadis menghempaskan tangan Hiro yang hendak menyeretnya keluar. Karena lebih penting meyakinkan Miss Hita agar tak menceritakan kejadian memalukan itu pada Bu Rani.
"Ayooo... buruan..!!" paksa Hiro lagi tak mau mengalah. Gadis tetap pada pendiriannya.
"Ssssttt... stop...!!" Miss Hita segera menghentikan keributan yang terjadi di antara keduanya.
"Saya .... nggak akan bilang apa-apa sama Bu Rani, tapi...," kata Miss Hita berusaha mencari solusi.
"Tapi apa Mis...?" tanya Gadis penasaran.
"Jangan sampai Dr. Taqi tau apa yang terjadi di antara kalian. Cepetan ganti baju, noda darah itu harus segera dibersihkan. Buruan, sebelum dia sampai ke tempat ini," kata Miss Hita sambil mengeluarkan baju ganti dari sebuah lemari dan menyerahkannya kepada Hiro.
"Ingat baik-baik. Meskipun telah memaafkan kalian, bukan berarti saya percaya dengan apa yang kalian ucapkan," katanya sekali lagi, membuat Gadis merasa malu sambil meninggalkan ruangan tersebut bersama dengan Hiro.
Sesaat kemudian....
Datanglah Dr.Taqi bersama dengan Bu Rani yang tampak sangat serius membahas sesuatu memasuki ruang kesehatan tersebut.
Mereka berdua terkejut, saat mengetahui Miss Hita telah berada di dalam ruangan tersebut dengan wajah yang sangat muram.
"Ada apa Miss...??" tanya Dr.Taqi heran sambil mengernyitkan dahi.
"Eehmm.. Kebetulan Bu Rani, sedang berada di ruangan ini...Saya ingin mendiskusikan lagi mengenai festival SMK dua bulan kedepan. Saya berharap Bu Rani bisa menyarankan kepada Bapak Frans, untuk menunda acara tersebut. Karena siswa sedang beradaptasi dengan pelajaran yang baru dimulai di sekolah kita," jelasnya pada Bu Rani, sambil mengacuhkan pertanyaan dari Dr.Taqi.
"Eehmm.. Ok, saya akan mengajak Bapak Frans menunda acara tersebut. Saya pikir beliau juga terlalu cepat mengambil keputusan tanpa berdiskusi dengan wali kelas," kata Bu Rani kemudian.
"Ok Miss...Silahkan kalau mau berkonsultasi dengan Dr.Taqi. Saya akan menemui Bapak Frans terlebih dahulu," ucapnya lagi sambil membawa tas tangan berwarna hitam yang terlihat elegan saat dipakainya. Wanita itu berjalan keluar dari ruang kesehatan.
"Taqi... tolong, berikan pil itu..." Miss Hita mengulurkan tangannya meminta sebuah pil untuk dirinya.
"Hita, jangan terlalu sering meminumnya.... Kamu tau kan apa akibatnya bila terlalu sering mengkonsumsi butiran pil itu?" jelas Dr. Taqi sambil membereskan beberapa lembar catatan di atas mejanya yang berantakan.
"Kamu harus lebih hati-hati lagi. Jangan sampai Gadis mengetahuinya. Bisa-bisa kamu kena masalah lagi di tempat ini." Dr. Taqi mencoba memberi peringatan kepada wanita itu.
Sebenarnya, apa yang mereka berdua rahasiakan? Obat apakah yang diminum oleh Miss Hita?