Spoiler
"Sesulit itukah menyebutkan namaku...? Aku nggak tau apa alasannya sampai kamu nggak pernah memanggilku dengan benar. Saat kamu memanggilku "Boy" Aaaaahhh... Di sini sangat menyakitkan..." Gadis menunjuk kasar dadanya.
"Hanya membuat hatiku semakin karam dan tenggelam. Bisakah kamu menghentikannya...?" Gadis mulai tak sanggup mengucapkan lebih banyak lagi.
"Aku hanya akan melepaskan name tag itu darimu.. Nggak bisa lebih dari itu..." Pemuda itu bersikeras dengan ucapannya.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Sepertinya, dalam waktu sebulan lebih...
"Hiro.... bisa nggak, ini dilepas aja...? hah..?" Gadis menyandarkan kepalanya pada meja yang ada di depannya. Dengan memelas ia memandang Hiro yang tak memberinya kesempatan untuk membaca brand make up yang tertutup oleh sticker. Seharusnya Gadis bisa menghafal dengan mudah.
"Nggak...!!" jawab Hiro singkat.
"Please Mas Ibrahim Gato... Please..!!"kata Gadis memohon sambil memandang wajah Hiro yang tak peduli dengan dirinya.
"Kamu kan bisa membuka tutupnya.... kemudian melihat isi setiap make up sambil mengingat namanya. Lagi pula, hampir setiap hari kita memakainya." Hiro mulai beranjak dari tempat duduknya dan menggunakan masker.
Lelaki muda itu berniat meninggalkan Gadis keluar dari SFX Class. Tampaknya dia kesal, saat mendengar keluhan remaja tomboy itu yang semakin lama semakin panjang saja. Bagaikan deretan gerbong tua di atas rel kereta. Hiro menghembuskan nafasnya berat, mungkin terasa sangat menyebalkan baginya.
"Heiii... Mo kemana sih...!! terus gimana caranya menghafal semua ini < kamu nggak ada..?" Gadis berdiri sambil berteriak kesal. Seakan melampiaskan perasaannya pada Hiro. Hiro menghentikan langkahnya, dan berbalik memandang Gadis.
"Boy... Kamu dibayar buat jadi patner aku... Bukannya kebalik...!" kata lelaki itu dengan suara rendahnya.
"Yaudah ikut aja, Miss Hita udah kasih kesempatan kita buat istirahat lebih dulu. Lagian, aku ada urusan sama Daniel," lanjutnya mengajak Gadis keluar kelas menuju kesuatu tempat. Kemudian remaja tomboy itu pun berjalan mendekati Hiro.
"Huufftt... Rasanya lebih sulit daripada menghafal rumus matematika, Bahkan lebih berat daripada mengangkat puluhan galon air mineral. Rasanya kepalaku hampir meledak," gerutunya lagi.
"Baru juga hampir... Belum bener-bener meledak. Kalo nggak bisa, yaudah... nyerah aja... Mungkin emang kamu nggak layak memiliki platinum card itu," kata Hiro sambil berjalan cepat didepan Gadis. Sekilas dia melirik kedalam kelas Oshi saat melewatinya.
"Enak aja...!! Lagian aku yakin nggak ada orang yang sanggup jadi partnermu." kata Gadis datar sambil mengekor Hiro yang berjalan semakin cepat.
"Heeeiii Boy....!!!" sapa beberapa siswa lelaki dari animasi academy.
"Heemmm... Yaaa!!!" jawab Gadis malas sambil mengangkat tangan kanannya.
"Kamu lihat sendiri kan...? mereka jadi terbiasa panggil aku "Boy"... Gara-gara name tag sialan ini.. iiiisshhhh....!!!! kata Gadis sambil memegang name tag nya, seolah ingin menarik paksa dari seragam putihnya tersebut.
"Eitsss....Nggak bisa, sebelum kamu bener-bener menghafalnya.. kamu harus tetep jadi Boy...!!" kata Hiro tegas sambil menahan tangan Gadis agar dia bisa menepati janjinya. Remaja tomboy itu terlihat kesal dan seakan ingin menonjok kepala Hiro saat berjalan di belakangnya.
Sesampainya di dalam kelas Daniel...
"Nih.. Udah dapet satu... Dia yang berhasil cariin buat kamu...!!" kata Daniel menunjuk Harold sambil menyerahkan paper bag berukuran besar pada Hiro. Lelaki itu memeriksa sebuah benda yang ada didalamnya. Tampaknya sesuai dengan apa yang diharapkannya.
"Hemm.. Hebat juga dia.." Hiro memuji lelaki blasteran yang sedang berdiri di sampingnya. Gadis memutar bola matanya, sambil berfikir entah apa yang sebenarnya mereka bicarakan.
"Untung temen di club masih punya satu paket." Harold tersenyum menatap Hiro penuh arti.
"Okey... Ini buat kamu." Hiro memberikan setumpuk uang ratusan ribu rupiah yang diambilanya dari kantong celana. Harold tersenyum sangat lebar saat menerimanya.
"Ah...Dasar...!!" Gadis merutuk melihat kelakuan Harold yang sangat mencintai uang. Dia tak habis pikir, keluarga Harold cukup kaya untuk memberinya banyak uang jajan. Mengapa juga dia berusaha mendapatkan uang tambahan? Remaja cantik itu berdecak heran sambil melipat kedua tangannya.
"Boyy.....!!! Kamu makin ganteng aja.. Ahahaaha...!! Tenang Boy.. Nanti aku traktir cilok..seribuan okeh....!" Ledek Harold mengacak-acak rambut pendek Gadis... hingga membuatnya mendengus kesal sambil meninju bahu sahabat kecilnya itu.
"Wadaauww... Sakit...!!" Teriak Harold.
"Ibrahim Gato, hati-hati kalo sama Gadis... Dia belum jinak, kasih makan yang banyak biar nggak galak...okey brooh...," lanjut Harold menasihati Hiro sok tau sambil menghitung sejumlah uang yang dimilikinya.