Keesokan harinya...
Seorang siswa lelaki mengintip Gadis dari luar jendela kelasnya. Berulang kali siswa tersebut memberikan sebuah kode, agar Gadis segera keluar untuk menemuinya. Remaja tomboy tersebut tampaknya mengetahui arti dari kode tersebut. Tak lama kemudian, dia berlari keluar menemui siswa yang telah menunggunya di area hitam. Ada hubungan apa antara Gadis dengan siswa tersebut? Gerak-gerik mereka berdua tampak sangat mencurigakan.
"Ada apa hah....!" tanya Gadis ketus pada siswa yang berdiri di sampingnya.
"Heemmm.. Gini Dis, ada yang butuh kamu sekarang," kata lelaki muda tersebut.
"Maksudnya?" Gadis bingung dengan ucapan siswa itu saat berbisik padanya.
"Biasa... Dia tau kalo kamu..." Lelaki itu, terkejut tiba-tiba Gadis menempelkan jari telunjuknya pada bibir lelaki itu.
"Sssstttt..........!!" Gadis menghentikan ucapannya dengan ujung jarinya.
"Kamu tau kan, artinya apa?" ucap pelajar tersebut kemudian. Namun Gadis hanya memandang lelaki itu dengan malas.
"Haaah... Kenapa makin banyak yang tau. Hah?" rutuknya tiba-tiba pada siswa tersebut.
"Nggak bisa!" tolak Gadis dengan tegas.
"Please...., kasih kesempatan sekali ini Dis," kata siswa tersebut.
"Apa alasannya, sampai aku harus kasih kesempatan buat orang itu...? Haah!" Gadis menaikkan nada bicaranya.
"Aku bisa hancur, kalo kamu terlalu memaksa. Cukup..! Udah terlalu banyak! Aku nggak bisa nambahin anggota lagi!" ujar perempuan itu dengan penuh amarah.
"Eh, Eh.. iii iyya.., maaf-maaf Dis. Jangan marah dulu. Aku nggak mungkin bilang sama kamu, kalau hasilnya kecil. Kali ini, mungkin kamu akan mendapat keuntungan yang berlipat ganda." bujuk lelaki itu, mencoba meredam emosi Gadis.
"Eehhmmm....! Emangnya dia itu anaknya siapa..? Dokter..? Pengacara..?" tanya Gadis mulai penasaran, namun seakan lagaknya tak memperdulikan ocehan temannya.
"Anak itu, dia anak dari anggota dewan," lanjut siswa tersebut dengan berbisik. Lirikan mata dan senyuman di bibirnya memiliki arti yang lain.
"Waaahh, banyak duit dia! Anggota dewan apa?" tanya Gadis penasaran.
"Anggota Dewan Keamanan Lingkungan," jawab lelaki itu sambil menahan tawa.
"Emang ada?! Anaknya Kamtib kali!"Gadis melotot pada siswa itu.
"Bukan! Yang pasti dia berani bayar mahal, lebih dari yang laen. Yakin banget kalo cuman kamu yang bisa bikin dia berhasil. Udah, biarin aja dia ikut gabung. Biar orang tuanya seneng. Sekali-kali." Lelaki itu menjelaskan penuh semangat. Namun semakin lama pembicaraan keduanya semakin aneh tak tentu arahnya.
"Hemmm... Ok, nggak masalah selama dia mampu membayar lebih dan sesuai dengan kesepakatan. Tapi kalo kamu ketahuan bohong, lihat aja... Aku nggak segan-segan bikin kamu menyesal menemuiku hari ini!" kata Gadis sambil menarik kerah seragam siswa tersebut dan menghempaskannya ke lantai.
"Ng, ng Nggaklah... Nggak mungkin aku berani bohongin kamu. Nanti biar orangnya, ketemu kamu sendiri," kata lelaki itu beranjak dan kemudian melarikan diri dari Gadis. Sepertinya lagi-lagi remaja tomboy tersebut membuat seorang siswa lelaki merasa lemah saat berada di hadapannya.
Setelah siswa tersebut melarikan diri dari Gadis,
"Heiiii! Gadis! Ngapain di situ.. Buruan! Nanti ketahuan guru lagi!" teriak Ara sambil berlari menghampiri sahabatnya itu.
"Oshi kemana...?" tanya Gadis merasa penasaran, mengapa Ara berjalan seorang diri tanpa Oshi di sampingnya.
"Kamu, pengen tau kan? Orang yang kirimin kamu duit 20 juta kemaren?" tanya Ara sambil mengatur nafasnya.
"Oshi lagi bertanya di kelas laen, mungkin di antara mereka ada yang tahu tentang orang itu." lanjut Ara masih saja terengah-engah.