Beautiful Gadis

Anggia Novkania
Chapter #4

4. Terlambat Untuk Menyesal

"Maaf Ra, aku nggak bisa berlama-lama di sini, aku harus segera bekerja. Lebih baik, kamu pulang ke rumah. Seandainya kamu menjalani hidup seperti diriku, maka sudah sangat terlambat untuk menyesalinya. Mungkin, bertahan lebih mudah daripada kehilangan segalanya." Gadis berdiri dan mulai memakai topi berwarna hitam miliknya.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Tepat tiga hari semenjak pemberitahuan seleksi di SMA Indonesia Raya, suasana sekolah tersebut masih terasa sangat sepi. Ara dan Oshi sebenarnya menyadari, apabila mereka datang lebih awal dari hari biasanya. Mungkin hari ini, adalah hari yang spesial untuk mereka berdua. Atau, jangan-jangan mereka belum mengerjakan tugas sekolah? Sepertinya bukan begitu.

Entah mengapa wajah keduanya terlihat sangat cerah dan bahagia. Bahkan manik mata mereka begitu berkilau memancarkan api semangat yang tak kunjung padam, seakan mereka siap bertempur menuju medan perang. Derap langkah sepatu keduanya terdengar sangat kompak bagaikan pasukan pengibar bendera di hari kemerdekaan. Lantas, Ara dan Oshi mengumpulkan ribuan keberanian dan jutaan keyakinan.

Setelah dirasa situasi cukup aman, akhirnya mereka memberanikan diri untuk menuju ke suatu tempat. Keduanya mengendap-endap di balik dinding pembatas antara kelas satu dengan kelas dua. Seorang kakak kelas berparas rupawan, anggota terbaik dari club basket yang memiliki postur tubuh sempurna dan sangat atletis sedang duduk di depan bangku kelasnya. Jauh-jauh hari mereka telah menyusun strategi untuk mendekatinya. Pelajar tersebut sudah di targetkan oleh keduanya. Memangnya apa yang akan mereka berdua lakukan tanpa sepengetahuan Gadis?

Ara memperlambat langkahnya. Ia mulai menampakkan pesona kecantikannya. Heem! tampaknya lutut Ara, tak mau berhenti gemetaran. Ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal memalukan seperti ini. Demi sahabatnya. Demi Gadis.

"Kak!" panggil Ara dengan suara lembut bersama Oshi yang berada di belakangnya.

"Hei! Ada apa...? Kayaknya kamu anak kelas sepuluh kan?" kata lelaki muda tersebut seraya melengkungkan senyuman di ujung bibirnya.

"Maaf mengganggu sebentar ya Kak. Gini, Kakak senggang kan? Menurut Kakak aku cantik nggak ya?" tanya Ara manja seraya memilin rambut hitamnya. Kakak kelas menatap Ara dari ujung rambut hingga ujung kaki. Remaja bermata bulat itu, memang terlihat sangat manis dan menggemaskan. Tak mungkin jika lelaki tersebut mengatakan hal yang buruk tentang dirinya.

"Ehmmm, lumayanlah... Kalau menurutku sih, kamu kelihatan manis banget." Kakak kelas dengan suara manlynya, tersenyum melihat adik kelasnya salah tingkah oleh ucapannya itu.

"Kalau temenku yang ini? Gimana menurut Kakak? Nggak kalah cantik kan? Lihat aja kulitnya, putih mulus, selembut salju. Iya kan?" tanya Ara sekali lagi sambil mendorong Oshi kedepan.

"Ahahaaha... Kamu bisa aja. Dia emang cantik banget, mirip orang korea. Matanya kecil dan sangat bercahaya. Wahh.... Jangan-jangan kalian berdua, idola di kelas sepuluh ya?" Kakak kelas memuji sedikit berlebihan. Tapi pujiannya itu malah membuat Ara semakin bersemangat.

"Kakak belum punya pacar kan? Jangan bohong ya Kak, kita sebelumnya udah cari informasi lebih dulu." Ara mulai memberanikan diri bertanya, sambil menyelipkan rambutnya yang menjuntai di telinganya.

"Emang kenapa kalau belum punya pacar? Kamu mau, jadi pacar Kakak atau gimana?" tanya pemuda itu penasaran sambil menggoda Ara.

"Ehmm... Bukan gitu Kak. Kalau kita sih, lebih memilih menjadi single. Cuman, ada temen kita yang lebih cantik, dan membutuhkan seorang yang atletis seperti Kakak. Tuh kan, otot lengan Kakak aja udah kelihatan, walaupun tertutup oleh seragam." puji Ara sambil mengagumi otot Kakak kelas yang terlihat sangat jelas, meskipun kain seragam telah membungkus rapat permukaan kulitnya.

"Ehmmm, temen kalian? Siapa, boleh lihat fotonya nggak?" lelaki itu mulai penasaran karena ucapan adik kelasnya yang terlihat sangat meyakinkan.

"Kita aja cantik... apalagi temen kita. Cuman emang penampilannya agak sedikit unik ya Kak. Nih, kalo nggak percaya." kata Oshi sambil membuka galeri foto dan menunjukkannya pada siswa tersebut.

"I-i-Ini? Te-te, temen kalian?" lelaki itu, terbata sembari menelan ludah. Ia hanya memandangi foto Gadis dengan perasaan tak karuan. Mendadak tangannya yang berotot seperti terkena serangan tremor. Gemetar hebat. Kemudian terlihat jelas bila ia mengalami sesak nafas. Entah darimana dirinya tiba-tiba mendapatkan ide dengan berpura-pura menerima panggilan telepon, walaupun sebenarnya tidak terdengar suara getaran atau nada dering dari ponselnya.

"Sory banget nih, Kakak harus ikut pertandingan basket sekarang juga." ucapnya tiba-tiba sambil menghindari tatapan mata Ara dan Oshi, kemudian dia terburu-buru meninggalkan keduanya.

"Lhah, Kak! Kak! Ini masih jam setengah tujuh lho! Kepagian Kakkkk....!" teriak Oshi kepada kakak kelas itu sampai siswa lain yang baru datang terkejut oleh teriakkannya. Mereka merasa heran melihat jalannya kakak kelas begitu cepat di depan mata mereka berdua.

Lihat selengkapnya