Handsome Widower

Maria
Chapter #8

8

Ruang kerja Ganendra hari ini penuh dengan lagu-lagu romantis yang diputar secara sengaja oleh ayah beranak dua tersebut. 

Bahkan sekertaris Ganendra; Yunseri sampai ngebuat track list dari lagu yang Ganendra putar.

Wajar.

Ini kali pertama setelah kematian istrinya, Ganendra muter lagu yang isinya penuh dengan taburan cinta begini.

Biasanya mah lagu yang Ganendra putar itu nggak jauh-jauh dari lagu pengingat kematian atau yang bawaannya sendu-sendu melulu. Padahal kadang langit Jakarta lagi cerah-cerahnya.

Jadi, setelah dengar lagu penuh cinta ini diputar di ruangan bos besarnya, Yunseri yakin kalau ada yang terjadi dengan si duda telinga caplang. Apalagi kalau bukan jatuh cinta.

Yunseri memang belum lama jadi sekertaris Ganendra. Dua bulan mendatang baru genap dua tahun dia mengabdi pada perusahan. 

Tapi, bukan berarti selama hampir dua tahun itu Yunseri nggak tau apa-apa. Salah besar. Yunseri selalu tahu apa yang terjadi.

Anggaplah Yunseri sebagai sekertatis yang multitalent. Selain sebagai sekertaris, Yunseri juga merangkap sebagai member Lambe Tumpah yang tersertifikasi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan bos besarnya itu, Yunseri pasti tahu. 

Mulai dari hubungan bilateral antar perusahaan dalam dan luar negeri, keluarga, hingga yang paling krusial, percintaan. 

Tapi tenang, Yunseri dapetin segala informasi dengan cara baik-baik kok. Nggak pakai penyadap apalagi penyedap.

Nggak pakai bisik-bisik tetangga. Karena tanpa perlu bisik-bisik, Yunseri pasti dengan leluasa tahu ceritanya. Langsung dari sumber yang teruji dan terbukti klinis di klinik Tongseng.

Hanya perlu sedikit permainan kata, dan basa-basi. Garis bawahi, basa-basi. Contoh...

"Sumringah banget kayaknya Pak hari ini?" basa-basi pt.1

Yunseri dengan santainya melenggang masuk ke ruangan Ganendra sambil membawa secangkir teh hangat dan cemilan biskuit Gobin.

Di waktu-waktu begini, Ganendra memang biasa menikmati teh hangat sambil ngemil biskuit Gobin. Kata Ganendra, "biskuit Gobin paling enak kalo dicelup di teh anget. Apalagi kalo dinikmatin pas jam 10." Gitu. 

Entah apa sih ya korelasi antara biskuit Gobin sama teh hangat yang harus dinikmatin pukul sepuluh. Untuk jawaban yang satu itu, cuma Ganendra dan Tuhan yang tahu.

Oke!

Kembali ke Ganendra.

Duda beranak dua itu menyengir lebar mendengar godaan dari sekertarisnya. Sementara Yunseri sendiri tengah mengernyitkan dahi karena bingung dengan sikap yang Ganendra tunjukkan.

Dewi batin si sekertaris yang lagi duduk di kursi kekuasaannya tiba-tiba berujar, 'tumben?' sambil ngebuletin mata.

Biasanya juga manusia bongsor kelebihan kalsium itu hanya menampilkan satu ekspresi saja. Apalagi kalau bukan datar diam tak terjamah mirip dengan balok es yang berjalan.

Tapi hari ini?

Waw sekali.

"Keliatan banget ya Yun?" Ganendra dengan tampang absurdnya mulai bertanya.

Yunseri ngangguk. Otak sekelas pembawa berita gosip pagi itu mulai melancarkan aksi. "Iya..." jawabnya. "Bapak pasti lagi seneng, ya?" tanya Yunseri lagi; basa-basi pt.2

Ganendra mengangguk sambil tersenyum bodoh. Yunseri bahkan sampai harus menggigit pipi bagian dalam supaya nggak kelepasan ketawa.

Karena, damn!

Yunseri berani bersumpah demi cangcut Soperman yang dipakai di luar! Wajah Ganendra keliatan banget konyolnya.

Tapi untungnya sih masih kelihatan ganteng, as usual. Memang ya, kalau dasarnya ganteng mau gimana aja ya tetap ganteng. Pusing juga Yunseri jadinya.

"Bagi-bagi kali Pak kalo lagi seneng itu. Jangan disimpan sendiri." Yunseri menjeda ucapannya. "Katanya ya Pak... kalo lagi seneng terus cerita ke orang lain, nanti bisa nular loh." lanjutnya lagi; basa-basi pt.3

Meh! 

Mana ada!

Ngarang saja si Yunseri. Memang dasarnya otak-otak kriminal. Sayang saja Ganendra terlalu polos dan Yunseri suka memolosi.

Makanya Ganendra nggak tahu kalau itu semua cuma akal-akalan Yunseri saja buat mencapai misinya tanpa terendus maksud dan tujuannya.

"Tapi saya malu mau ceritanya." ujar Ganendra lirih.

Bah!

Yunseri lagi-lagi dibuat terkejut. Setelah tadi Ganendra sempat nampilin senyum konyolnya, sekarang Ganendra nampilin sisi malu-malu kucing mirip anak perawan yang lagi jatuh cinta. Yunseri rasanya pengen banget teriak karena gemas.

Tapi untungnya, sebagai member Lambe Tumpah yang tersertifikasi, Yunseri selalu berhasil buat ngatur ekspresi wajahnya.

"Sebenernya...tanpa Bapak cerita, saya juga udah tau kok Bapak seneng karena apa."

"Masa?" 

"Iya." Yunseri ngangguk yakin. "Bapak senang karena lagi jatuh cinta, 'kan?" tanyanya to the point.

Setelah basa-basi muncul lah hipotesis sepihak. Ada dua kemungkinan kalau hipotesis ini sudah dikeluarkan, 50% benar, dan 50%nya lagi salah. 

Tapi selama ini sih, hipotesis yang Yunseri keluarin nggak pernah meleset sama sekali. Kayaknya, di masa depan Yunseri punya bakat buat jadi cenayang.

"Kok kamu tau?!" jawab Ganendra kaget. Sedangkan dalam diam, Yunseri malah tersenyum girang.

Tuh, kan?

Apa Yunseri bilang. Hopotesisnya itu nggak akan pernah salah.

Yunseri nyempetin diri buat nunjukin senyum simpulnya. "Ketara kali, Pak. Sepagian ini, Bapak nyetel lagunya yang gitu-gitu semua."

Pangkal alis Ganendra mengkerut. "Gitu-gitu gimana?"

"Ya gitu..." ada jeda yang Yunseri ambil. "Yang banyak kandungan cinta-cintanya." lanjutnya lagi sembari menggoda.

Ganendra ketawa. Pipinya yang terasa panas dia garuk pelan. "Hehehe...keliatan jelas ya?"

Gantian Yerim yang ngangguk. Dan ini waktunya untuk mulai keacara inti. Bertanya langsung pada si narasumber.

"Iyalah. Kan biasanya Bapak nyetel lagunya yang selalu ingat sama akhirat, Pak. Nah tiba-tiba sekarang ganti. Kan agak aneh."

"Ya kan biar imbang Yun...masa mikirin akhirat mulu. Sekali-sekali lah mikirin masa depan."

Yunseri micingin matanya tanpa ngilangin senyum sebelah yang dia tampilin sebelumnya. "Ciye si Bapak, bebisaan. Ahahaha..." ada gelak tawa yang Yunseri sertakan. Trik, biar keliatan nggak terlalu kepo. Padahal?

Lihat selengkapnya