Sementara itu, nun jauh disana...
"Tolooongg!... Lepaskan aku!"...
Terdengar suara teriakan seorang perempuan.
Di sudut angkasa nampak sosok burung Garuda rakshasa sedang terbang berputar-putar seolah mencari mangsa untuk mengisi perutnya yang lapar. Nampak gagah ketika terbang melayang melintas cakrawala yang cerah.
Burung besar itu adalah Jatayu, raja dari segala burung. Ia mendengar teriakan meminta tolong dari seorang perempuan di ketinggian rendah di atas rimbunnya pepohonan. Mata tajamnya dengan mudah mengenali wanita tersebut. Dewi Shinta, istri dari Prabu Rama. Namun dia terkejut, Dewi Shinta terbang di bawa oleh seorang rakshasa dengan rambut dan jenggot putih panjang. Sinterklas?, Kok bisa ada siterklas terbang tanpa kereta dan kijang-kijangnya?. Ya… sekilas mirip dengan sinterklas, tapi itu adalah Prabu Rahwana yang wajahnya dipenuhi dengan awan putih yang menempel laksana rambut dan jenggot yang sudah memutih karena usia ketika ia terbang membawa Dewi Shinta masuk dan keluar dari awan.
"Swoooossshhhh!" Terdengar suara Jatayu terbang menukik tajam dengan kecepatan tinggi. Matanya terokus pada Prabu Rahwana dan Dewi Shinta, cakar-cakarnya terlihat siap untuk mencengkeram. "Blaakkk!"... Jatayu menerjang Prabu Rahwana menggunakan paruh dan cakarnya yang tajam. Prabu Rahwana terkejut dengan serangan mendadak tersebut. Dewi Shinta pun akhirnya terlepas dari dekapan Prabu Rahwana. Jatuh bebas menghujam menuju bumi. Namun secepat kilat Jatayu menyambar kedua lengan Dewi Shinta dan menurunkan Sang Dewi di rerumputan. "Dewi larilah sejauh mungkin, bersembunyilah atau carilah pertolongan"... ucap Jatayu. Saat bibir Dewi Shinta akan berucap menjawab apa yang dikatakan Jatayu. Jatayu sudah tidak berada di depannya lagi, secepat kilat Jatayu meluncur terbang.
"Jduuummm!" Terdengar suara benturan yang sangat keras layaknya truk kontainer bermuatan bahan peledak jatuh dari langit. Debu mengepul bagaikan asap yang pekat disertai batu-batu kerikil yang berterbangan karena benturan keras tersebut. Prabu Rahwana jatuh menghujam bumi. Belum sempat berdiri, Jatayu sudah mencengkeram kedua lengan Prabu Rahwana. Dibawanya mengangkasa. Ketika dirasa sudah sangat tinggi Jatayu melepaskan cengkeramannya. Prabu Rahwana kembali terbang bebas menuju permukaan bumi. Dalam kesempatan itu Jatayu mencabik-cabik Prabu Rahwana dengan kedua cakarnya. Ketika Prabu Rahwana berada pada ketinggian rendah, Jatayu mencengkeramnya kembali, di tariknya untuk mengangkasa.
Jatayu berada di atas angin, karena angkasa adalah kekuatan Jatayu. Nampak Prabu Rahwana terluka parah, darah nampak mengalir deras di sekujur tubuhnya, laksana kecap yang terus mengalir dari botolnya. Ususnya terburai keluar dari perutnya karena begitu dalamnya cakar Jatayu menembus kulit dan daging Prabu Rahwana, wajahnya juga hancur karena cakaran Jatayu.