Hanoman: Hikayat Wanara Putih

Sharklet Shagara
Chapter #8

Awal Perselisihan Subali dan Sugriwa

Prabu Sugriwa pun mengisahkan sebab musabab perselisihan antara dirinya dan resi Subali. 

Dahulu di tengah hutan Dandaka ada dua ksatria setengah manusia, setengah wanara. Sugriwa dan Subali yang sedang bersemedi untuk mensucikan diri demi melepas kutukan yang mereka terima, sesuai petunjuk ayah mereka. Karena semedinya, ilmu dan kesaktian tingkat tinggi telah mereka peroleh. Bukan hanya ilmu dan kekuatan dewa saja yang mereka dapatkan selama bersemedi, tapi masing-masing juga memiliki pengikut dari bangsa wanara yang jumlahnya ribuan.

Kemudian datang pada mereka Dewa Narada yang diutus oleh Dewa Siwa untuk meminta bantuan dalam menumpas musuh kahyangan, bernama Mahesasora raja Astana Kishkenda, Lembusora dan Jatasora. 

Dietemuinya Sugriwa dan Subali yang masih melakukan semedinya dan menyampaikan pesan dari Dewa Siwa dengan iming-iming hadiah Dewi Tara yang pada saat itu menjadi tawanan di Astana Kishkenda, bagi yang bisa mengalahkan tiga rakshasa bersaudara tersebut.

Subali yang berwatak keras dan ambisius, tanpa berlama-lama memgajak Sugriwa untuk mempersiaokan pasukan dan segera menuju ke Astana Kishkenda. Bukan sembarang istana, karena Astana Kishkenda terletak di dalam gua di tengah hutan belantara. 

 

Tiba di Gua Kiskenda, pasukan Subali dan Sugriwa langsung gelar perang. Mereka memulai serangan dalam pertempuran terbuka. 

"Serrbbuuuuuu" teriak Subali dan Sugriwa memberi perintah secara bersamaan. Pasukan Mahesasora yang sedang berjaga diluar istana terkejut dengan serangan yang tiba-tiba tersebut. Perang tanding antara pasukan rakshasa dan pasukan wanara tak dapat dihindari. 

"Tringgg… triiiiinnnggg" suara pedang dan keris beradu seiring nyali yang juga saling beradu di garis depan. Saling terjang, saling bunuh. Suara teriakan menyertai desiran ribuan anak panah dari pasukan yang berada di garis belakang menjadikan suasana riuh rendah. Meski telah banyak korban berjatuhan dari pasukan Astana Kishkenda, tapi mereka tetap berusaha menghadapi pasukan Subali dan Sugriwa dengan gagah berani. Namun bagaimanapun, kesiagaan pasukan Astana Kishkenda dalam keadaan tidak siap ketika mendapatkan serangan mendadak, dalam waktu singkat akhirnya dapat ditaklukkan.

Di sudut lain, berbekal kesaktiannya, Subali dengan mudah menyelinap masuk istana bangsa Sura itu dan melumpuhkan pasukan khusus yang menjaga Dewi Tara. Ia berhasil merebut dan membawa lari Dewi Tara dari genggaman Mahesasora, sementara Sugriwa memimpin pasukan untuk berperang di luar gua.

Subali segera keluar dari pertempuran di dalam gua untuk menitipkan Dewi Tara pada Sugriwa. Sugriwa menerima dan menjaga Dewi Tara dengan penuh kewaspadaan. Diperintahkannya beberapa pengawal pilihan untuk menjaga keselamatan Dewi Tara, sedangkan dia beranjak mengikuti Subali untuk bertarung melawan tiga rakshasa bersaudara tersebut.

Langah Subali terhenti "Sugriwa kau di luar saja untuk memimpin pasukan dan berjaga-jaga!" Perintah Subali.

Sugriwa pun memghentikan langkahnya dan mengangguk tanpa sepatah kata tanda mengerti.

"Kau amati air sungai yang mengalir keluar dari dalam gua. Jika air yang mengalir berwarna merah, berarti tiga rakshasa itu sudah berkalang tanah. Tetapi jika yang mengalir berwarna putih menandakan yang kalah dan mati adalah aku, dan jika itu yang terjadi, tutuplah mulut gua dengan batu-batu besar agar ketiga rakshasa bersaudara itu tak bisa keluar." Imbuh Subali. Lalu Subali masuk ke dalam gua dan bertanding melawan ketiga Sora bersaudara itu menuntaskan titah Dewa Siwa, yaitu mengalahkan Mahesasora dan dua saudaranya. 

Prabu Sugriwa diam sejenak. Ia menatap tajam Prabu Rama dan Prabu Lakshmana. 

"Disinilah titik awal munculnya permasalahan yang menjadikan perseteruan diantara kami tuan-tuan." Prabu Sugriwa kembali melanjutkan kisah lalunya.

Ketika itu Sugriwa dengan seksama mengamati aliran air sungai dari dalam gua Kishkenda. 

"Aiiiieeee!" Sugriwa mendengar lengkingan suara kakaknya dan melihat darah mengalir dari dalam gua. Ternyata warna yang dilihatnya adalah bukan warna merah atau warna putih, akan tetapi warna merah bercampur dengan warna putih. Warna itu tidak ada dalam pesan Subali sebelum memasuki gua. Sugriwa sempat bingung dan akhirnya mengambil keputusan berdasar logika tanpa dasar yang kuat, yaitu merah bercampiur putih berarti keduanya telah gugur dalam pertarungan. Sugriwa sedih dan mengira Subali telah gugur dalam pertarungan.

Sugriwa segera menutup pintu gua dengan batu-batu besar dan bergegas ke kahyangan untuk menyampaikan tentang apa yang terjadi dalam pertempuran di Astana Kishkenda dan menyerahkan kembali Dewi Tara dengan alasan demi keselamatan calon hadiah itu.

Mendengar laporan dari Sugriwa, Dewa Siwa sangat senang atas keberhasilan Subali dan Sugriwa, berarti hama yang mengganggu kahyangan telah sirna. Namun di sisi lain Dewa Siwa juga sangat berduka atas gugurnya Subali dalam upayanya membasmi tiga rakshasa bersaudara penguasa Astana Kishkenda. 

Lihat selengkapnya