Hantu Musala: Pesta Mutilasi

Lasmana Fajar Hapriyanto
Chapter #4

4. Raja Kamar

Abi saat ini sedang berada di kursi depan kamarnya. Pria itu masih berada di sana sendiri. Padahal jam menunjukkan pukul 13.00 WIB. Seharusnya jadwal pondok adalah istirahat dan tidur selama 20 menit. Dan setelah itu akan dilakukan pembiasaan memasak bagi santri laki-laki.

Namun Abi masih memikirkan sesuatu. Tentang bagaimana dia akan menjalani hidup di tempat ini. Dia juga masih memikirkan rumah dan kedua orang tuanya. Apakah mereka baik-baik saja atau tidak? Dari matanya yang tampak kusam, Abi sepertinya stres dan perlu adaptasi.

Abi kemudian mengarahkan pandangannya terhadap sesuatu. Dua orang remaja muncul di depan mereka. Tertawa, tidak jelas apa yang mereka bicarakan. Ini membuat Abi nanar.

“Abi? Ngapain kamu sendirian di sini? Nanti diculik sama Ali loh! Dia kan jelmaan wewe gombel!” Damar terkekeh, kemudian melihat wajah Ali yang agak kesal.

“Ih apaan, dah! Justru kamu tuh wewe gombelnya. Kenapa jadi aku?!” tancap Ali berdecak sebal.

“Serius amat kamu Li, dasar anaknya buaya!” balas Damar, sekali lagi ingin menggoda Ali.

“Masih mending buaya, daripada kamu anak keong racun!” ejek Ali.

Abi menghela berat. Memang saat ini dia butuh hiburan, tetapi dia masih belum bisa melupakan rumahnya. Ini membuat Abi semakin sedih saja.

Ali yang melihat Abi sedih, kini mulai ikut berempati. “Kok kamu ketawa, sih?”

Damar menggetok kepala Ali. “Sedih buset!”

“Oh iya, sedih!” Ali nyengir. “Enggak perlu sedih sayang ... kami juga dulu merasakan itu kok.”

Damar menimpali, “Iya, kami di kamar ini sejak SMP. Kami malah tidak mau pulang sekarang, ya kan, Ali?”

Ali menatap tajam Damar. “Kata siapa? Aku ingin pulang kok!”

Damar menghela napas berat. “Lupakan omongan si Ali gemali itu. Pokoknya, kamu punya kita. Jangan khawatir kalau kamu mau tinggal di sini. Anggap saja saudara sendiri. Kami sejak SMP sudah satu kamar, makanya akrab banget sekarang. Apalagi ketambahan kamu. Ta-tapi ... kamu beruntung, Bi. Kamu punya segalanya, kekayaan, popularitas, dan yang terpenting ... kamu punya orang tua yang sangat menyayangimu. Sedangkan aku ....”

“Memang kamu ada apa?” tanya Abi sembari mengernyitkan kedua alisnya yang lumayan tebal.

“Ah, lupakan saja tentang mereka! Jika diungkit lagi, mungkin aku tidak akan menjadi bahagia ...,” ucap Damar, kemudian tersenyum.

Di saat membahas kesedihannya bertahun-tahun lalu, Damar masih bisa tersenyum. Sosok yang ceria ini tidak akan pernah kehilangan kebahagiaannya. Dan ... mengapa harus sosok ceria yang selalu kehilangan banyak hal?

“Ternyata saya masih beruntung. Banyak orang-orang yang sayang dengan saya, termasuk orang tua saya dan kalian semua. Anehnya, saya selalu merasa kurang beruntung. Padahal Allah sudah berfirman dalam Al-Quran Surat Ibrahim ayat 7, yang berbunyi, Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” Harusnya dari ayat tersebut saya selalu bersyukur bahwa ada banyak rezeki yang Allah berikan. Termasuk kalian, adalah rezeki yang harus saya syukuri. Terima kasih kalian telah membuat saya tersadarkan!”

Hanya Allah, Damar, dan juga orang-orang terdekatnyalah yang tahu apa permasalahan yang dia miliki. Sebagai manusia, kita tidak boleh ikut campur urusan orang lain. Apabila kita ikut campur urusan orang lain maka kita akan membuat permasalahan semakin runyam saja.

Lihat selengkapnya