Hantu Musala: Pesta Mutilasi

Lasmana Fajar Hapriyanto
Chapter #5

5. Hantu Berkopiah

Memasuki hari Senin, Abi masih merasa asing di kamarnya sendiri. Kamar yang sedari awal tidak ingin Abi tempati. Mungkin kedua orang tuanya akan menganggap Abi baik-baik saja di sini, tetapi sebenarnya perasaannya sedang kacau. Apalagi setelah kejadian kemarin.

Abi menarik napas panjang. Bahkan dinginnya udara pagi tidak tercium dengan baik oleh indra penciuman Abi. Seperti mati rasa. Dan bisa dibilang putus asa. Namun Abi tidak akan menelepon orang tuanya. Dia sudah memiliki niatan agar tidak manja lagi. Apalagi jika orang tua Abi tahu, pasti Abi akan merasa bersalah karena sudah mengecewakannya. Walaupun sebenarnya Abi bisa menelepon mereka sekarang juga.

Ayam berkokok sangat nyaring, membuat Abi tersadar bahwa hari sudah pagi. Apalagi setelah salat subuh tadi, Abi tidak memutuskan langsung tidur dan malah memilih membaca ayat-ayat Al-Quran. Tidak seperti kebanyakan orang yang menyukai surat-surat yang sudah umum, Abi justru sangat suka membaca surat Al-Qalam.

Al-Qalam berarti pena. Sebelum berada di pondok ini, Abi sangat suka menulis. Bahkan sedari SMP sudah pernah menerbitkan karyanya di penerbit-penerbit indie. Ini sama seperti sifatnya sebagai anak rumahan dan tidak suka bermain di luar. Lebih baik dia menulis dan belajar di rumah daripada bermain yang menurutnya menghabiskan waktu.

Hari ini adalah hari pertamanya memakai seragam MA. Abi bahkan tidak menyangka bahwa dia akan memakai seragam kemeja dengan celana hitam, bukannya putih abu-abu seperti yang dia impikan. Abi sendiri tidak menyangka bahwa dia harus bertambah dewasa. Padahal Abi sangat ingin menjadi kecil lagi. Walau sebenarnya, tubuh Abi pun masih tergolong kecil. Kadang dia dikira bukan anak SMP atau SMA saking mungilnya.

“Bi, kamar mandinya kosong itu kayaknya. Kamu mandi dulu sana!” seru Ali.

Di pondok ini, tidak hanya ruangan saja yang elite, tetapi satu kamar memiliki satu kamar mandi dalam. Jadi mereka tidak perlu khawatir rebutan kamar mandi. Walau begitu, harganya masih terjangkau juga untuk semua kalangan,

“Saya tadi ... sebelum subuh sudah mandi kok! Ini saya sudah pakai seragam!” seru Abi.

Ali melihat Abi dari atas sampai bawah. Memang benar, anak ini sudah rapi. Apa jangan-jangan Abi semalam tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian kemarin? Batin Ali.

Kini semuanya sudah mandi. Seharusnya mereka berangkat sekarang karena sudah pukul 06.00. Selang beberapa menit, Abi, Ali, dan Damar pun berangkat. Sedangkan Jona dan Dewa masih ingin meminum kopi terlebih dahulu.

MA yang Abi dan teman-temannya tempati saat ini masih satu yayasan dengan pondok pesantren, tetapi lokasinya terpisah. Hanya bersebelahan saja. Jadi mereka bertiga sudah sampai lebih cepat.

“Kira-kira kamu merasa exited banget enggak, Bi! Kita baru pertama kali masuk MA, loh!” tanya Ali dengan wajah berapi-api.

Abi diam saja, hanya melihat Ali kikuk.

“Kalau aku sih, enggak!” sahut Damar.

“Apa sih, aku tanya sama Abi kok! Bukan sama you!” debat Ali.

Lihat selengkapnya