Mereka melihat cahaya terang dari atas sana. Mereka tersadar kembali di musala yang sama, tetapi kali ini mereka berada di atas musala. Mereka seakan-akan dijemur seperti ikan asin.
Mata Abi mulai terbuka. Kepalanya merasa nanar. Dia mendesis kesakitan karena kepalanya itu merasa agak pening. Dia kemudian bangun, sebelum menyadari bahwa saat ini dia berada di atas musala.
Teman-temannya yang lain juga ikut bangun bersama dengan tersadarkannya Abi. Mereka semua tidak ada yang menyangka bahwa mereka hari ini sedang tidur di atas genteng dan terbangun di atas plafon musala.
Abi menyentuh keningnya. “Arrkhh, di mana kita sekarang? Kepala yang pusing ini membuat saya merasa sakit. Bagaimana kita bisa di sini?”
Ali mengucek matanya. “Sial! Hantu itu telah memindahkan kita di sini!”
Abi melebarkan matanya karena terkejut. “Jadi ... apakah hantu itu yang memindahkan kita di sini?”
Ali mengangguk. “Ada beberapa jenis hantu musala di dunia ini. Yang pertama adalah hantu musala yang tidak kepada Allah dan perintah-Nya. Yang kedua adalah hantu musala yang taat kepada Allah. Kemungkinan hantu musala jenis taatlah yang memindahkan kita di sini! Hantu itu marah dan tidak mau musala dijadikan tempat tidur!”
Dewa masih belum mengerti apa yang mereka bicarakan. Namun dia mulai sadar sesaat setelah Ali menceritakan kedua jenis hantu musala tersebut.
“Jadi ... apakah ada hantu musala yang baik dan jahat?” tanya Dewa.
“Aku pernah membaca dalam majalah yang kemarin kalau enggak semua hantu musala itu jahat. Hantu musala juga ada yang baik dan taat terhadap perintah Allah. Enggak semua hantu musala itu mengganggu kita. Ada juga yang menegur kita dengan cara seperti ini!” seru Ali.
Jonathan memulai pembicaraan. “Ngomong-ngomong, lo ... enggak salat subuh tadi?”
Abi menepuk jidatnya sendiri. “Saya lupa. Saya lupa bahwa saya adalah imam musala. Bagaimana dengan Pak Naryo? Bagaimana dengan anak-anak lain? Apakah mereka salat tanpa imam tadi subuh? Bangun sepagi ini, membuat saya merasa bersalah!”
“Sudahlah, Bi! Kamu enggak salah kok! Bagaimana kalau kita enggak sekolah dulu hari ini? Kejadian semalam ... rupanya kita harus membicarakan itu!” seru Dewa.