“Jonathan!”
Teriakan itu saling bersahutan memanggil nama Jonathan. Entah mengapa tiba-tiba dia menghilang padahal tadi masih terdengar suaranya. Tidak mungkin secepat itu Jonathan pergi meninggalkan musala.
“Bagaimana ini? Jonathan tiba-tiba hilang! A-apa yang harus kita lakukan?!” Badan Ali gemetar, membuat keringatnya kini bercucuran hebat.
Abi menarik napas panjang, mencoba untuk tenang. “Kita tidak perlu khawatir. Jonathan pasti sudah ada di kamar!”
Damar merasa linglung. “Dia pasti mati!”
Ali menggetok kepala Damar. “Hush, main nyolot aja, ya!”
“Tenanglah Damar! Jonathan bukanlah anak kecil. Dia sudah mengerti. Dia pasti ke kamar. Jangan mengatakan hal tidak baik seperti itu. Jika dia masih hidup, kamu sudah berdosa karena sembarangan mengatakan hal-hal yang buruk!” seru Abi, tidak terima apabila Damar mengatakan itu.
“Daripada kita terus-terusan berdebat seperti ini, bagaimana kalau kita langsung saja ke kamar?” saran Dewa, kemudian memancarkan senyumnya.
Keempat santri tersebut kemudian bergegas pergi dari musala menuju kamar. Kebetulan hari sudah mau subuh, sebaiknya mereka cepat kembali ke kamar, menemukan Jonathan, tidur sebentar, kemudian melakukan salat subuh berjamaah.
Mereka menuju ke kamar dengan perasaan was-was. Bagaimana tidak? Hari masih gelap dan Jonathan tiba-tiba menghilang. Mereka sepanjang jalan berpikir, bagaimana jika Jonathan tiba-tiba menghilang?
Mereka kemudian menaiki tangga, segera kemudian sampai di depan pintu kamar. Ada bau menyengat tercium dari dalam. Entah bau apa itu. Baunya sangat busuk. Jika kamu tahu bau tikus mati yang sudah berhari-hari, begitulah rasanya.
Ali menyumpal hidungnya, merasa bau ini sangat mengganggu. “Bau apa ini?! Seperti bau batang tikus. Apakah sebelum kita berangkat tadi sudah ada tikus yang mati? Tapi tadi kita enggak mencium bau apa-apa loh! Kenapa sekarang bau itu muncul?”
Abi menggelengkan kepalanya. “Saya tidak tahu. Setahu saya, tidak ada bau ini sebelum kita pergi ke musala tadi!”
“Mungkin beneran bau tikus kali!” sahut Dewa.
“Iya, mungkin bau-bau buaya darat datang hahaha!” timpal Damar.
Ali menggetok kepala Damar lagi. “Damar, ini serius! Ada bau amis di sini. Apakah kamu enggak mencium aroma ini?”