Matematika dihari senin merupakan penderitaan bagi semua orang, apalagi jika diadakan ulangan dadakan paket komplit sudah. Begitulah yang dialami oleh XI Ips 4, mereka tengah pusing tujuh keliling memikirkan jawaban yang akan mereka isi pada lembar jawaban mereka. Bunyi kode- kodean mendominasi kelas tersebut, bahkan ada yang dengan sengaja menyontek di buku maupun di google.
Jangan tanya apa yang dirasakan kedua manusia super aktif itu, keduanya menatap jengkel pada kertas yang tengah menampakkan deretan angka yang entah datangnya dari mana, sungguh keduanya menggutuk orang yang telah menemukan Matematika sialan itu.
" Ya tuhan...... Mengapa Matematika sangat sulit untuk kami pahami, mengapa memahami doi lebih mudah dari pada memahami Matematika. Wahai Matematika berhentilah membuat kami pusing tujuh keliling melihat angkamu yg begitu memuakkan " ujar Agatha frustasi.
" ya Allah....... Cukuplah kami berjuang untuk orang yang kami cinta , janganlah engkau menyuruh kami berjuang untuk Matematika yang yang sudah tentu tidak akan bisa kami dapatkan jawabannya " ujar Elena ikut frustasi.
" pergilah wahai Matematika...... Jangan pernah engkau menampakkan dirimu lagi, sungguh kami sudah muak dengan permasalahanmu, pergilah wahai Matematika....................
pergilah sungguh kami akan sangat bersyukur jika engkau lenyap fi dunia ini " ujar Agatha lagi.
" Wahai Matematika, kami tidak akan pernah menangisi akan kepergianmu, kami juga tidak akan pernah lagi duduk termenung layaknya orang bodoh karna tidak mengerti dengan penjelasan deretan angka-angkamu " ujar Elena.
Teman sekelasnya hanya geleng kepala melihat tingkah kedua manusia gila itu, bahkan guru yang menjaga mereka melongo mendengar ucapan keduanya.
" Agatha, Elena, kalian pikir ini lomba puisi apa? Cepat kerjakan soalnya, buang-buang waktu saja kalian berdua ini " ujar Ibu Windhy.
Keduanya langsung menatap tajam kearah soal laknat itu dan mulai mengerjakannya dengan asal-asalan.
Tritttttt
Bel istrahat telah berbunyi, dengan cepat Agatha dan Elena membereskan peralatan tulisnya dan berlari keluar kelas menuju kantin, sungguh mereka berdua sangat lapar. Setelah memesan makanan keduanya langsung duduk dan mulai melahap makanan mereka. Sedangkan Nathan dan Adrian baru saja memasuki kantin.
" Nathan, Adrian sinih " panggil Agatha. Adrian langsung berjalan kearah Agatha dan Elena, sedangkan Nathan ia memilih duduk di pojok kantin.
" woy Nat sinih, kenapa kesana? " bingung Adrian.
" Tha lo lagi berantem sama Nathan " tanya Elena, Agatha menggeleng sebagai jawaban.
"Terus tu anak kenapa" bingung Adrian.
" gue gak tahu, yaudah kalau gitu gue mau ke Nathan dulu " ujar Agatha melangkah menuju tempat Nathan duduk.
" kamu lagi apa " tanya Agatha saat berada di sebelah Nathan.
" lo gak liat gue lagi main ponsel " ujar Nathan ketus.
" kenapa gak duduk bareng kita " tanya Agatha lagi. Nathan hanya menghiraukan pertanyaan dari Agatha dan tetap fokus pada ponselnya.