Pemakaman kemarin begitu menyedihkan, Agatha tak sanggup menahan tangisnya, saat melihat ibunya dimasukan keliang lahat. Bayangan ibunya masih terus berputar pada pikiran Agatha, bagaimana ia tersenyum, caranya berbicara, dan yang terakhir Agatha dengar adalah sebuah nasehat terakhir yang ia berikan kepada Agatha saat ia mengantar Agatha kesekolah.
Agatha berusaha menahan tangisnya, tidak mungkin ia menangis dikelas, apalagi saat jam pelajaran, ia bahkan berusaha menenangkan pikirannya.
Namun sekuat apapun Agatha menahan tangisnya, pada akhirnya pertahanannya runtuh, air matanya jatuh, dengan cepat ia menghapus air matannya agar tidak ada yang melihat, namun Elena dapat melihatnya, Elena langsung memeluk Agatha, membuat Agatha menjadi kaget.
"gue gak suka liat lo nangis.... Lo jelek kalau nangis.... Senyum dong..." suruh Elena. Agatha tersenyum walaupun dipaksa, ia tidak ingin membuat sahabatnya itu menjadi khawatir, ia juga tidak suka dikasihani.
"Nah gitu dong..... Ini baru Agatha " ujar Elena senang.
"Agatha.... Elena jangan berbicara... Kerjakan tugas yang saya berikan.." suruh pak Kabir, keduanya langsung cengegesan dan mengangguk, kemudian langsung mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru itu.
"Na ijin yuk.... " minta Agatha.
"ijin kemana?" tanya Elena.
"lapar nih gue..... istirahat kan masih lama, kantin kuy.... Tu guru juga udah pergi, palingan baliknya nanti jam berikutnya..." ujar Agatha, Elena mengangguk, keduanya langsung menghampiri ketua kelas rese itu.
BRUKK
Semua yang berada dikelas terlonjak kaget saat Agatha dan Elena menggebrak meja yang ditempati oleh Marchel yang menjabat sebagai ketua kelas.
Marchel mendelik kesal dan menatap tajam kearah kedua manusia gila itu, yang ditatap hanya menampilkan ekspresi yang sungguh membuat Semua yang ada dikelas ingin menabok keduanya.
"Kenapa.... Gue gak punya utang yah sama lo berdua...." kesal Marchel.
"heh cendol dawer gak usah ngegas dong..... Kita kesini bukan mau nagih utang.... Lo pikir kita rentenir apa... " kesal Agatha.
"Dasar lo cendol dawer.... " ujar Elena.
"seterah lo berdua aja deh.... Udah sana pergi, gue gak punya uang buat kasih lo berdua makan " usir Marchel.
"Bangke lo....... Tujuan kita kesini cuman mau ijin ketoilet, bukan mau minta makan.... " kesal Elena.
"Mau ketoilet apa nyasar kekantin.?" tanya Marchel, membuat keduanya cengegesan.
"Beneran kok Marchel, kita berdua mau ketoilet masa lo gak percaya sih sama kita...... " ujar Agatha, membuat Marchel memutar bola mata malas.
"yaudah sana....lo berdua cuman punya waktu 15 menit, awas kalau sampai telat, gue aduin lo kewali kelas... " Ancam Marchel, membuat keduanya melongo.
"Whatt!!! 15 menit..... Gila yah lo, kelas kita sama kantin kan jauh, mana cukup waktu segitu....." ujar Agatha kecoplosan, Marchel tersenyum sinis, sedangkan Elena menatap tidak percaya dengan kejujuran Agatha.
"Katanya ketoilet..... Kok malah sebut kantin?" tanya Marchel.
"Maksud Agatha itu... Kelas kita kan jauh sama toilet masa dikasih waktu segitu sih Chel.... Kan gak cukup.... " ujar Elena membenarkan.
"Yaudah 20 menit gih..." ujar Marchel.
"30 menit lah Chel...." tawar Agatha.
"25 menit deh...." ujar Marchel.
"40 menit lah chel....."
"26 menit deh....."
"50 lah...."
"28 menit..."
"60 lah Chel...."
"lo pikir ini barang apa, main tawar menawar lagi...... Sekalian aja pergi sampai jam terakhir...... " kesal Marchel. Keduanya hanya cengegesan.
"santai coy..... Yaudah deh kita perginya sampai jam istirahat, jangan salahin kita yah kalau guru ngamuk karna gak lihat kita berdua....." ujar Agatha, membuat Marchel mendelik kesal.
"Seterah lo berdua.... " kesal Marchel.
Keduanya memilih berlari menuju kantin, keduanya tak mampu menahan tawanya karna telah membangunkan ketua kelas rese itu.
Kalian harus ingat, kedua cewek itu mempunyai hobi menganggu ketua kelas rese itu.