"Jika pada akhirnya semua rencana yang aku buat hanyalah menjadi omong kosong, lalu mengapa dulu engkau membuatku terlalu berharap padanya?"
Nathan berjalan dikoridor sekolah dengan wajah jutek nan dingin, akhir-akhir ini ia tidak pernah menampakkan wajah bahagia, ia berjalan tanpa menghiraukan tatapan dari semua orang, kabar putusnya hubungan dia dan Agatha sudah menjadi topik utama yang dibicarakan oleh anak sekolah ini maupun anak sekolah lain, jangan tanya bagaimana reaksi semuanya, ada yang senang karna putusnya hubungan keduanya, ada juga yang sedih karna bagi mereka Nathan dan Agatha merupakan pasangan yang serasi. Entah dari mana mereka mengetahui kabar tersebut.
Baru saja Nathan akan berbelok tiba-tiba seseorang menabraknya membuat ia mundur beberapa langkah akibat tabrakan itu. Sedangkan orang itu ia bener-bener menyesal karna telah menabraknya.
"Maaf banget gue gak sengaja..." ujar Orang itu.
"makanya mata itu harus difungsiin buat liat, ceroboh banget sih..." omel Nathan.
Orang itu mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang ia tabrak, dia langsung mematung saat mengetahui orang itu sama halnya dengan Nathan.
"Nathan....kamu.." ujar Agatha terhenti.
"kenapa sih gue harus ketemu sama lo, kenapa gue sial banget sih hari ini..." kesal Nathan.
"Maaf...." ujar Agatha.
"Wajah kamu kenapa luka-luka?...." tanya Agatha.
"bukan urusan lo.." ujar Nathan melangkah pergi, sedangkan Agatha ia hanya memandang kepergian Nathan. Dan memilih pergi.
Nathan menghembuskan napas lelah, sungguh melihat tatapan Agatha tadi bener-bener membuat dia merasa bersalah pada gadis itu, tatapan itu sungguh berbeda ada secerbik harapan yang masih gadis itu nantikan darinya, Nathan bener-bener mengutuk dirinya sendiri, mengapa ia harus memiliki riwayat penyakit Leukimia?.
Berkali-kali Nathan memukul tembok taman belakang sekolah, sehingga mengeluarkan darah yang masih sangat segar pada tangannya. Ia tidak merasa sakit yang ada hanya kekesalan karna telah membuat orang yang sangat ia cintai menjadi sedih. Sedangkan Agatha yang memang berada ditaman belakang sekolah menjadi panik melihat Nathan yang memukul tembok dengan tangannya, dengan cepat Agatha berlari menghampiri Nathan.
"Nathan...kamu gila yah...tangan kamu luka.." marah Agatha.
"kamu udah gak waras..." kesal Agatha dan menarik Nathan dan membawanya ketempat duduk yang memang ada disana. Nathan hanya mematuhi saja.
"kamu itu punya otak gak sih, kenapa kamu mukul tembok?" tanya Agatha.
"kamu tunggu disini aku bakalan ambil obat dulu...okay.." ujar Agatha berlari menuju Uks.
Nathan hanya mematuhi saja tanpa melanggar apa yang Agatha suruh, setelah beberapa menit akhirnya Agatha datang dengan membawa kotak P3k, dan langsung mengobati tangan Nathan. Setelah selesai barulah Agatha berbicara pada cowok itu.
"kamu kenapa sih, dimana otak kamu?" marah Agatha.
"kenapa tiba-tiba kamu jadi kek gini?" tanya Agatha.
"Nat aku tanya sama kamu " ujar Agatha memegang tangan Nathan yang langsung ditepis oleh cowok itu.
"Nat.." panggil Agatha
"lo tanya kenapa gue kek gini, ini semua gara-gara lo, andai aja lo gak ngeganggu pikiran gue, andai aja lo gak selalu terlintas dalam pikiran gue pasti gue gak bakalan kek gini " ujar Nathan.
"kenapa sih lo selalu aja ada dalam pikiran gue, selalu ada dalam ingatan gue, selalu aja muncul ketika gue udah bosan liat lo.... Lo tahu lo itu bener-bener ngeganggu hidup gue tahu gak, kenapa lo gak pergi jauh sejauh-jauhnya dari hidup gue" ujar Nathan membuat Agatha menjadi diam.