Sudah menjadi tabiat manusia bahwa mereka menyukai sesuatu yang bisa menyenangkan hati dan menenteramkan jiwa. Oleh sebab itu, banyak orang yang rela mengorbankan waktu, memeras otak, dan menguras tenaga, atau bahkan kalau perlu mengeluarkan biaya yang tidak kecil jumlahnya untuk meraih sesuatu demi kepuasan dan ketenangan jiwa. Namun, ada sebuah fenomena memprihatinkan yang sulit sekali dilepaskan dari upaya ini, yaitu sering kali kita jumpai manusia memakai cara-cara yang dibenci oleh Allah untuk mencapai keinginan mereka.
Di antara mereka ada yang terjebak dalam jerat harta, wanita, hiburan yang tidak halal, atau aksi-aksi brutal dan tindak kriminal. Apabila permasalahan ini kita cermati, ada satu faktor yang bisa ditengarai sebagai sumber utama munculnya itu semua. Hal tersebut tidak lain karena manusia tidak lagi menemukan ketenangan dan kepuasan jiwa dengan berzikir dan mengingat Rabb mereka.
Padahal, Allah telah mengingatkan hal ini, (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (QS Al-Ra‘ d [13]: 28).
Ibn Al-Qayyim menyebutkan bahwa pendapat terpilih mengenai makna “mengingat Allah” di sini adalah mengingat Al-Quran. Hal itu disebabkan hati manusia tidak akan bisa merasakan ketenteraman, kecuali dengan iman dan keyakinan yang tertanam di dalam hatinya. Sementara, iman dan keyakinan tidak bisa diperoleh, kecuali dengan menyerap bimbingan Al-Quran.
Ibn Rajab Al-Hanbali berkata, “Zikir merupakan sebuah kelezatan bagi hati orang-orang yang mengerti.” Demikian juga Malik ibn Dinar mengatakan, “Tidaklah orang-orang yang merasakan kelezatan bisa merasakannya sebagaimana kelezatan yang diraih dengan mengingat Allah."