Hari ke-9 di Penampungan
Usiaku kini menginjak enam belas tahun. Surat kelulusan sekolah menengah atas sudah kuterima beberapa minggu lalu. Nilaiku nyaris sempurna. Bahkan, dari ratusan siswa di sekolah, hanya tiga anak yang berhasil mendapatkan beasiswa mengikuti ujian masuk (BMU) ke perguruan tinggi dari presiden, termasuk aku. Tapi, malam ini aku justru berada di penampungan. Sebuah tempat khusus untuk melatih para calon pembantu luar negeri sepertiku. Sebuah tempat yang tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku. Bahkan berkhayal pun tidak.
Dan malam ini, sungguh aku benar-benar merutuki nasibku. Di atas lantai di sebuah ruangan berisikan ratusan perempuan, aku berbaring beralasakan sajadah dan berbantalkan jaket lecek, bersiap untuk tidur. Tapi, berjam-jam lamanya aku berusaha memejamkan mata, tetap saja, mataku tak mau tertutup barang sedetik pun. Otakku terus saja sibuk memikirkan nasib sial yang kini sedang menimpaku.