11
Tanda Tanya Besar
Hari ke-5 di Penampungan
“Semua yang namanya barusan saya sebut, ayo ikut sama saya,” Bu Rima mendatangi kamar Kenanga sembari memberi perintah.
Ada banyak nama yang Bu Rima sebut, termasuk aku dan Kokom. Maka, mataku bertemu mata Kokom, seolah memberi tanda tanya besar terkait alasan mengapa nama kami diikutsertakan. Apakah karena aku sempat cekcok dengan Si Keamanan waktu pertama kali tiba di penampungan ini? Ah, tapi peristiwa itu sudah berlalu cukup lama. Tepatnya beberapa hari dari kedatangan kami. Atau, karena aku jarang, bisa dikatakan nyaris tak pernah memperhatikan materi pelatihan? Tapi, kupikir, yang lain juga melakukan hal yang sama. Saat pemateri asyik menjelaskan cara memandikan bayi dengan boneka, misalnya, sebagian besar kami justru malah asyik ngobrol cekikikan, alih-alih mendengarkan si pemateri. Atau, karena kami sudah dapat panggilan dari sang majikan? Tapi, sepertinya ini tidak mungkin. Karena aku dan Kokom belum pernah mengikuti tes bahasa Arab yang wajib harus dilakukan setiap calon tenaga kerja tujuan Timur Tengah. Lalu, apa?
“Bu Sri Rahayu,” namaku dipanggil kembali saat pikiranku tengah melantur pada alasan kemungkinan aku dipanggil Bu Rima. Kulihat Bu Rima berdiri di tengah pintu masuk sembari membawa bolpoin merah dan selembar kertas kucel, sementara Kokom, yang tadi sempat bertemu mata, kini sudah tak terlihat batang hidungnya.
“Iya, Bu,” jawabku sembari menyabet jaket dari atas tas ranselku, lalu memakainya buru-buru sembari melangkahkan kaki menuju pintu di mana Bu Rima berada.
Bu Rima menyabetkan kertas kucelnya ke arahku, “Ditungguin kok malah bengong.”