Hanya karena Aku Wanita: Tak Berhakkah Aku Punya Cita-Cita?

lina sellin
Chapter #14

#14 Tak seperti Biasa

Hari ke-8 di Penampungan

Aku dan Kokom memang jarang sekali mengobrol. Karena kalaupun ada waktu luang di sela-sela pelatihan, rasanya tenaga kami sudah habis terkuras oleh pelatihan terus-menerus sepanjang hari yang begitu melelahkan. Dan kalaupun ada sisa sedikit waktu, itu pasti kami habiskan untuk membuka Qur’an, membaca buku, dan sesekali bercanda, atau saling menimpali gurauan.

Tapi, sejak peristiwa aku membentak Kokom lalu ngacir meninggalkannya, Kokom tampak tak seperti biasanya. Dia cenderung memilih menarik diri. Melamun. Sesekali selonjoran di depan ruang Kenanga dengan tatapan yang tampak kosong. Meski baru mengenalnya hitungan hari, aku merasa sudah hafal betul tabiat Kokom: selalu ceria, senang menghibur dengan selorohannya yang khas, dan juga sering keceplosan. Jauh dari pemandangan yang aku lihat kali ini. Maka, usai kami mengikuti tes bahasa Arab, segera saja kuikuti langkah kaki Kokom, yang sedang gontai tak bersemangat.

“Kooom, gimana tadi tesnya?” tegurku basa-basi.

Kokom melihatku sekilas lalu melanjutkan langkah kakinya.

“Kayaknya tadi agak susah, ya. Banyak soal yang gak bisa kujawab,” lanjutku sembari mengunyah donat bertaburan cokelat meses yang diberikan pihak PT sesaat setelah kami keluar dari ruangan tes.

Lihat selengkapnya