Setelah kurang lebih dua puluh dua jam perjalanan, dari Jakarta-transit Bandara King Abdul Aziz Jeddah, akhirnya aku sampai di Bandara Skaka, Al-Jouf. Bandara terakhir di mana aku akan dijemput majikan.
Dagdigdug. Jantungku terus saja berdegup kencang, sembari menuruni anak tangga menuju pintu keluar bandara. Wajah kumel dan bau badan yang menyeruak dari tubuhku yang tak tersentuh air selama perjalanan, sama sekali tak kuhiraukan. Mataku hanya tertuju pada orang yang lalu lalang di hadapanku, sembari menebak-nebak, mungkinkah itu majikanku?
“Assalamualaikum,” tiba-tiba seorang lelaki paruh baya menyapaku sambil melambaikan tangan ke arahku. Membuyarkan lamunanku.
Aku yang tengah berdiri mematung sambil menggigiti bibirku yang kering dan tak terurus seketika melihat ke arahnya, lalu dengan malu-malu dan terbata menjawab salamnya. “Wa ... alaikum ... salam.”
“Ana Saleh,” Aku Saleh, pria berperawakan besar, tinggi, berhidung mancung, dan mengenakan gamis putih itu tampak mengenalkan dirinya sembari mengarahkan tangannya dengan lembut ke dadanya. “Saleh Ibrahim al-Fawwaz,” pungkasnya melengkapi.
Aku tersenyum sambil menundukkan kepala, tanda bahwa aku paham apa yang dia katakan.
“Yallah ... yallah ..., udkhul fi sayyaroh,” Ayo … ayo …, cepat kita masuk ke mobil, pria itu berjalan dengan cepat sembari menunju ke arah sebuah mobil suv berwarna putih di parkiran.
Aku pun segera berlari membuntutinya dengan tergagap.