Hanya karena Aku Wanita: Tak Berhakkah Aku Punya Cita-Cita?

lina sellin
Chapter #18

#18 Mazraah?

Setelah perkenalan singkat itu, aku diajak Bu Fatmah, pembantu senior di rumah itu, untuk memasuki kamar penuh barang di Lantai 3.

“Ini kamarku,” kata Bu Fatmah sambil menunjuk ruangan penuh barang itu, yang awalnya kuduga hanya difungsikan sebagai gudang.

“Nah, kamu juga nanti sekamar denganku di sini,” lanjutnya saat ia melihatku terbengong sambil terkekeh pelan.

“Terkait ranjang, kamu jangan khawatir. Karena aku gak betah tidur di atas ranjang, jadi ranjang ini, kalau mau, bisa kamu pakai,” lanjutnya menjelaskan saat tanganku tak sengaja memegang sebuah ranjang satu-satunya di ruangan itu, yang terletak di dekat sebuah jendela.

“Bu Fatmah asli orang mana?” Entah kenapa tiba-tiba aku punya keberanian untuk menanyakan hal ini, pada orang yang baru saja kukenal.

“Asliku dari Tegal,” jawab Bu Fatmah sambil menarik napas panjang. Seolah ia baru saja diingatkan tentang beban yang sedang ia pikul.

“Aku ini asli Tegal. Tapi selama lima belas tahun tak pernah pulang kampung. Mungkin anakku sekarang sudah besar,” Bu Fatmah menambahkan sembari mendekat ke tembok terdekat seolah tengah mencari sandaran bagi tubuhnya yang mungil dan tampak letih. Itu jelas terlihat dari uban yang begitu banyak pada rambutnya yang tipis, juga pada kulitnya yang tampak keriput. Meski begitu, ia masih tampak sangat lincah dan bersemangat melakukan tugas-tugasnya yang kuduga seabrek.

Lihat selengkapnya