Hanya karena Aku Wanita: Tak Berhakkah Aku Punya Cita-Cita?

lina sellin
Chapter #24

#24 Clorox

“Ya Roooy,” teriak majikan perempuan dari pintu kamar tidurnya, sementara aku tengah membersihkan ruang keluarga yang berada persis di bawah kamar tidur, dan hanya dibatasi oleh tangga yang mengular ke arahnya.

“Na'am,” jawabku dari tangga paling bawah.

“Ta'ali,” majikan perempuan memintaku untuk pergi ke kamar menemuinya.

Aku pun segera bergegas memenuhi panggilannya. “Na'am, Madam,” aku mengulangi jawabanku, untuk memastikan bahwa aku siap menerima perintahnya.

“Ghosli baby, kullaha. Rahaf, Rayuf, Abudi, wa Muad. Ba’dain, idza khalash, massihil jidar. Barra wa juwwa.” Mandikan anak-anak semuanya. Rahaf, Rayuf, Abudi, dan Muad. Nanti kalau sudah selesai, bersihkan semua dinding. Di dalam dan luar ruangan, perintah majikan perempuan. “Ana ma abgho suf syai wasakh, zay kidza,” Aku gak mau lihat sesuatu terlihat kotor seperti ini, lanjut majikan sembari menunjukkan debu yang menempel di tembok kamarnya.

“Thoyyib,” jawabku singkat lalu menuju kamar Rahaf untuk berniat memandikannya. Udah kelas lima masih aja aku yang mandiin, gerutuku kesal, karena belum juga selesai membersihkan ruang keluarga, aku sudah disuruh memandikan keempat anaknya secara bergantian, lalu disuruh membersihkan seluruh tembok rumah. Luar dalam.

“Ma abgho,” Gak mau, Rahaf menolak kumandikan. “Mama kalam, ghossil Rahaf,” Mama bilang, aku disuruh mandiin kamu, ujarku sedikit membujuk.

“Aguuul, ma abgho!” Aku bilang, gak mau! Jawab Rahaf tak kalah keras menolak.

Aku pun memilih diam sembari memperhatikan apa yang dilakukan anak perempuan itu. Dia sedang asyik bermain boneka bersama adiknya, Riyuf.

Blug ... blug ... blug. Suara langkah kaki terdengar begitu keras seperti sedang menuju ke arah kamar Rahaf.

Lihat selengkapnya