Hanya karena Aku Wanita: Tak Berhakkah Aku Punya Cita-Cita?

lina sellin
Chapter #36

#36 Merasa Bangga


36

Merasa Bangga

 

Tumben hari itu majikan dan anak-anak bangun pagi. Mereka serentak menuju dapur, meminta maaf, lalu menggelar futhur (sarapan). Kukira ada yang berubah, tapi ternyata aku terlalu percaya diri.

Usai sarapan, majikan dan anak-anak pergi meninggalkanku seorang diri di rumah. Aneh, kali itu, majikan tak memintaku menyiapkan apa pun. Tak juga baju ganti atau permainan anak-anak yang biasanya selalu dibawa saat hendak pergi. Bahkan kadang sampai 3 koper besar, walau hanya untuk menginap satu-dua malam di rumah nenek majikan laki-laki di desa sebelah. Mereka pergi tanpa memberi tahu ke mana tujuannya, dan memang apa urgensinya buat pembantu sepertiku?

Ini sudah pukul enam sore. Azan Magrib dari masjid di belakang rumah sudah terdengar, yang kemudian disusul dengan suara iqamah. Meski tidak seramai kumandang azan di kampungku yang ramai bersahutan, jelas suara azan kudengar sayup-sayup. Meski begitu, tak ada tanda-tanda majikan segera kembali. Maka, kunyalakan lampu. Seperti biasa. Kubersihkan semua piring kotor yang tergeletak di maqsalah dapur (wastafel). Kucuci lantai dapur, seperti biasa. Kurapikan semua kamar, seperti biasa. Kurapikan mainan anak-anak yang tergeletak di semua sudut ruangan ruang keluarga—tempat anak-anak dan majikan bercengkerama.

Lihat selengkapnya