Hanya karena Aku Wanita: Tak Berhakkah Aku Punya Cita-Cita?

lina sellin
Chapter #47

#47 Dering Telepon pada Pagi Buta

Tilulit. Tilulit. Tilulit. HP-ku menyala. Satu-satunya benda berharga yang kumiliki setelah pulang dari Arab. Itu pun karena majikan perempuan memberiku hadiah benda ini. Haduh, siapa yang telepon pagi buta seperti ini, batinku kesal.

Tilulit. Tilulit. Tilulit. Ya Allah … kuraih benda berpelindung merah bergambar bunga mawar, lalu kulihat jam menunjukkan pukul 03.45. HP berhenti berdering. Kutaruh lagi di samping bantalku, dan aku siap untuk melanjutkan tidurku.

Tilulit. Tilulit. Tilulit.

Kuraih kembali HP-ku, dengan amat kesal, lalu kulihat nomor yang tertera di layar. Hah? Siapa ini? Mau ngapain malam begini telepon? Kubiarkan dalam hitungan detik, lalu bunyi dering telepon kembali berhenti.

Eh ya Allah, segera kulihat kembali nomor yang tertera di layar. Itu sepertinya nomor Arab. Di sini memang menjelang Subuh, tapi kalau di Arab pasti masih sekitar pukul sebelas malam, waktu mereka sedang mengadakan al-‘asya (makan malam), batinku mulai mengingat. Menyadari itu, aku segera mengambil posisi duduk tegak, bersiap mengangkat telepon, yang barangkali kembali berdering.

Lihat selengkapnya