“Assalamualaikum,” sebuah suara teriakan tampak terburu-buru datang dari balik pintu rumah kami yang reyot.
“Wa'alaykumsalam,” jawabku sembari membuka pintu. “Wonten nopo, Pak? Kayak buru-buru,” Ada apa, Pak? Seperti terburu-buru, lanjutku segera ingin tahu.
"Ya Allah, Yu, motor Si Muh kecelakaan. Nok Mumun, juga ikut. Sekarang mereka sudah dibawa ke rumah sakit,” terang Pak Wardimal, mertua Kang Muh, yang tinggal tidak jauh dari rumah kami.
“Astaghfirullah. Terus pripun kondisie, Pak?” Terus gimana kondisinya?
“Si Muh kudu diamputasi, sikile. Nok Mumun kudu operasi,” Si Muh harus diamputasi kakinya. Nok Mumun harus operasi, jawabnya sambil menahan kesedihannya yang tampak begitu dalam, lalu berusaha mencari sandaran bagi tubuhnya yang hampir saja limbung.