Hanya Mimpi

Binti Uti
Chapter #4

Bab 4

"Tampan...hebat...sukses...."

Perlahan aku membuka mata. Siap menemui pagi untuk menghajar wanita jalang itu. 

Tapi, dimana aku?

Aku berada di ruangan yang kecil, yang hanya muat satu ranjang kecil yang kutempati dan satu meja. 

Mengapa aku berada di sini? Bukankah aku tadi ada di apartemen? Baru saja menelan obat tidur dan berharap pagi datang, menelan semua kepenatan otakku kemarin?

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Aku sama sekali tidak mengenal tempat ini. Tempat apa ini? Gudang? Sempit sekali. Apakah aku diculik dan disekap di tempat ini?

Tapi tangan dan kakiku tidak diikat. Pintu pun tidak ditutup sepenuhnya. 

Hidungku segera membaui aroma apek yang menyengat dari selimut. Aku mengamati selimutku dan menciumnya. Och! Benar-benar apek. 

Aku berusaha menggerakkan badan. Tapi, ah, kenapa sakit sekali. Seperti remuk semua tulangku. 

"Ow!" Pantatku sakit sekali ketika aku berusaha duduk. Aku menempati kasur atau balok kayu? Kusadari kasur yang kutempati sudah kempes dan lagi-lagi berbau apek. 

Tiba-tiba pintu membuka. "Sudah bangun, Ci Ollie?"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Tepatnya ke arah pintu yang terbuka. Di sana sudah ada satu kepala yang melongok ke dalam ruangan tempatku tertidur.

Aku masih belum mengerti ia memanggil siapa. Kuedarkan padanganku lagi. Dan memang tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan ini selain aku.

Aku menunjuk dadaku untuk memastikan siapa yang dia panggil.

Tapi perempuan paruh baya itu tidak menggubrisnya. Ia malah masuk dan menutup pintu dengan hati-hati.

"Tenang saja, bayinya baik-baik saja, sudah dirawat Mpok Asri. Sekarang waktunya Ci Ollie memulihkan diri. Dan...," dia merendahkan suara,"Di luar masih tidak aman. Apalagi orang-orang berkulit putih dan mata sipit seperti Ci Ollie ini. Tetap di dalam rumah ya..."

Tiba-tiba kepalaku diserbu oleh berbagai ingatan setelah mendengar kulit putih dan mata sipit. Aku seorang wanita keturunan China. Suamiku meniggal sebulan lalu, aku melahirkan bayi perempuan dua minggu yang lalu, aku terjebak dalam kerusuhan, dikejar para perusuh, diselamatkan oleh laki-laki muda berkulit gelap, bersembunyi di rumah kosong, melompat dari lantai dua, melarikan diri, lalu bertemu segerombolan bapak berpeci yang melindungi mereka dari para perusuh yang ganas. 

Aku menunduk dan mengamati diriku sendiri. Aku berpakaian perempuan, berambut panjang sebahu, tanganku mungil. Dan, ya, aku mengingatnya. Aku adalah wanita ini. Aku bukan seorang laki-laki . Bukan tuan muda yang kaya dan arogan. Jadi semua itu hanya mimpi? Mengapa terasa sangat nyata?

Dalam kondisi memprihatinkan seperti ini, aku merasa mimpiku sangat aneh dan lucu. Jika dalam kondisi normal, maka aku yakin akan tertawa terbahak-bahak. Jika aku masih sekolah, aku akan menceritakannya di sekolah , lalu menertawainya bersama teman-teman.

"Ada apa Ci Ollie? Kok kelihatannya bingung?" tanya 

"Oh, tidak apa-apa, bu. Tadi cuma bermimpi aneh."

"Oh ya? Pasti karena kejadian baru-baru ini. Wajar kalau terbawa mimpi."

"Mungkin."

"Ini baju ganti kalau mau mandi ya. Sarapan sudah ada di meja depan."

Lihat selengkapnya