Brukkkk
Saya jalan terburu buru sehingga saya menabrak seseorang.
"Maaf kak saya terburu buru." Ucapku sambil membungkuk ala ala flim jepang.
"Tak apa apa." Jawabnya sambil berlalu begitu saja saya menatap punggungnya yang menghilang di telan jarak. Tapi siapa yah tapi itu seperti punggung Haidar dari pakaiannya pun sama karna jaket saya itu yang beli di gajian pertama saya.
Siapa yah barusan tapi sepertinya itu kak Haidar. Tapi kalau datang di sini kok ga bilang dulu sama saya. Sama siapa saya telpon gak ada jawaban sama sekali.
Tampa berfikir lama saya kembali ke kos untuk masak karna perut juga sudah demo minta di isi.
Selesai makan malam pun kian larut. Kembali terngiang ngiang orang yang mirip kak Haidar. Benar kah dia atau memang orang yang hanya mirip. Saya tidur agak malam karna saya harus menulis novel untuk diaplikasi yang sudah di kontrak. Kebetulan novelku sudah ramai pembacanya semoga bisa gajian. Karna jujur saja selama dua bulan jadi penulis novel belum gajian karna gak konsisten untuk upload bab tiap hari kadang lebih banyak bolongnya.
Karna besok mauk shif ke dua masih banyak waktu longgar untuk update bab untuk hari sudah selesai. Saya nabung bab agar bisa update tiap hari. Saya baca cerita lain untuk mencari ide atau berita viral yang bisa kujadikan ide.
Tak terasa sudah jam dua dini hari. Saya sudah melupakan sejenak soal kak Haidar tapi tumben dia tidak memberiku kabar hari ini dan sekarang malah chatku empat jam yang lalu tidak di balas hanya di red saja.
Saya masuk dalam selimutku untuk tidur saya harus banyak istrahat agar tidak drop kasian orang tuaku yang gampang kawatir. Saya disini mencari uang untuk membantu biaya pendidikan adik ku di kampung.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Saya mendengar suara suara aneh yang di seblah kamarku yang kutau dia mahasiswa baru atau maba yang kuliah di kampus yang sama dengan kak Haidar. Suara leguhan itu mengganggu tidurku saja. Saya bangun menajamkan pendengaranku sekali lagi memang suara aneh itu berasal dari kamar Melisa.
Huffff!
Ganggu tidur saja gak tau apa kalau mereka lagi berzina. Memang yah pacaran zaman sekarang bebas bebas saja apa lagi ini kota besar. Saya keluar berniat untuk beli bubur atau nasi kuning di depan biasanya jam segini belum habis.
Kok ini sendal kak Haidar. Sendal ini tidak mungkin salah kan soalnya saya yang beli awal awal saya kerja. Masa sih dari kemarin banyak yang mirip kak Haidar. Saya tidak hiraukan sendal itu saya pergi ke depan untuk beli makanan lapar juga soalnya.
Sesampainya di warung ibu Risna bertanya yang membuatku makin heran. "Nak Amel pacarnya menginap di kos nya yah. Soalnya situ kan bebas jadi bisalah ena ena sebelum berangkat kerja." Ucap ibu Risna yang seumuran ibuku.