HAP ...
Itu bayangan apa yang melintas di depanku. Hampir saja jantungan ternyata orang lari.
Sesampainya di kontrakan saya langsung masuk begitu saja, lagi dan lagi suarah menjijikan itu ada dalam kamar sana. Dasar manusia hina mau mau saja di gagahi sebelum di nikahi.
Saya memasang handshet agar tidak terganggu tidurku karna suara laknut yang mereka buat. Tidurku nyanyak malam ini mungkin akibat kecapean sehingga saya tidur pulas.
Pagi ini saya ambil libur, kebetulan selama bekerja belum pernah libur. Saya berniat pergi ke mall. Di kos ini mayoritas mahasiswa semester akhir yang sudah mulai sibuk sibuknya sekarang saja hanya kamar ku dengan kamar Melisa yang ada penghuninya yang lain entah kemana perginya.
Pagi ini saya kewarung depan untuk beli makanan seperti biasa. Ibu Risna slalu tersenyum kalau saya datang di warungnya yang membuatku nyaman kalau belanja di warungnya.
"Hallo sayang. Tumben pagi amat, mau bungkus atau makan di sini."
"Makan di sini yah bu. Sekalian mau liat cogan cogan." Sedikit berbisik memang ada kumpulan anak anak mudah yang juga lagi sementara makan di warung bu Risna.
Ibu Risna hanya terkeke mendengar ocehanku. Saya duduk di salah satu meja yang kosong. Kulihat ternyata kak Haidar juga ada di sini mungkin dia akan beli sarapan juga. Tak tau malu ternyata dia datang dengan Melisa yang siulat bulu itu.
Bu Risna menatapku dengan tatapan entah tapi saya biasa saja. Saya akan buktikan suatu saat nanti kamu akan kembali berlutut padaku.
"Hai babu. Kayak kita dong anak kuliahan." Ejek Melisa tapi saya seolah tuli dengannya malas ladenin mereka.
Mereka berdua duduk di depanku di meja yang sama. "Sayang mau belanja apa kebetulan saya sudah dapat kiriman dari kampung." Kak Haidar memamerkan kemesraan mereka di depanku.
"Kasian orang tuamu. Banting tulang untuk pendidikanmu sekarang kamu malah kamu belajar nafkahin anak orang." Batinku. Sementara orang tuanya sudah mengenalku bahkan orang tuanya terang terangan menentang hubungan kami dulunya tapi dia berhasil meyakinkan kedua orang tuanya bahwa saya anak baik baik.
Mereka makan suap suapan di depanku tapi saya seola ola tidak melihat itu. Bu Risna hanya geleng geleng kepala. Saya tidak langsung pulang saya duduk sambil menulis ceritaku. Dengan judul bab BELAJAR NAFKAHI ANAK ORANG. Sambil mengetik saya senyum senyum sendiri dan itu yang membuat mereka kebakaran jenggot.
"Stres karna kak Haidar ku rebut yah kasian deh. Atau nangis aja deh sekalian" cibir mak lampir itu. Aneh saja saya tertawa dia yang marah emang saya salah apa.
"Napa lu. Bacot saja dari tadi, saya tertawa situ yang mendumel. Kan aneh besti." Sambil ku berlalu begitu saja. Semoga dia gak akan pernah baca novelku.
Sesampainya di kamarku saya kembali rebahan sambil menulis cerita. Lumayan lah sudah dua bab menulis sepertinya menulis pekerjaan yang menyenangkan. Uji nyali, uji mental, semua muanya deh. Semoga bulan ini gajian amin.
Setelah menulis tiga bab saya mandi untuk jalan jalan ke mall. Dulu sama kak Haidar jalan jalan sekarang sendiri saja maklum dah jomblo. Lima belas menit bersiap ku pesan mobil online. Saya suka jalan jalan tapi uang gak mencukupi yah ala kadarnya saja.
Minimal cuci mata hilangin suntuk. Kan yah. "Lama sekali taxinya." Gerutuku.
Saya nunggu panas panasan seperti ini apa lagi mataharinya sedikit terik yang membuatku kepanasan. Sebuah mobil berhenti di depanku. Ini sepertinya bukan taxi mana ada taxi mobil mewah seperti ini.