Baru kali ini saya bertemu dengan laki laki yang lebih dewasa denganku. Walaupun dia cuek tapi dia baik sama saya. Kontrakan pun dia yang bayarkan. Sejauh ini dia orang yang paling menyayangiku dan makan pin di restoran mewah.
Dia adalah sosok yang sempurna. Seperti laki laki impianku selama ini. Di buang Haidar dapat yang lebih gagah dan mapan. Saya tidak menyangka dekat dengan orang yang berpengaruh. Saya sudah terlanjur nyaman dengan keadaan ini bahkan saya sudah mulai jatuh cinta lagi.
Walaupun secara pendidikan dan pekerjaan bagaikan langit dan bumi tapi bagiku itu tak masalah dia kan menerima segala kekuranganku walaupun saya tau yang menginginkannya pasti orang orang yang setara dengannya.
Hari demi hari ku jalani seperti biasa dan sesuai aktifitasku bekerja di cafe. Semenjak malam itu jarang memberi kabar lagi. Bahkan terkesan saya yang antusias mengirim kan pesan untuknya. Walaupun kadang tidak pernah di balas.
Hari ini dia datang di cafe tempat kerjaku. Dia datang seorang diri dan bahkan hanya tersenyum saja ke arahku. Tampa embel embel bertanya kabarku. Saya melayaninya seperti tamu pada umumnya selesai mencatat pesanannya pun saya kembali ke sedia kala lagi.
"Kak ini pesanannya silakan dinikmati." Ucapku sambil tersenyum ke arahnya.
"Ya makasih yank." Jawabnya dengan suara lirih.
Saya hanya tersenyum melihat tingkahnya yang takut ketahuan. Saya juga malas meladeninya masih banyak pekerjaan menumpuk. Saya melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. ...
Sore pun tiba saatnya pulang berganti dengan yang yang sif sore. Saya selesai mengambil barang barangku dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Langsung saja pulang jalan kaki tak begitu jauh.
Di kontrakan saya melanjutkan kegiatan menulisku yang sempat tertunda. Saya menulis target tiga bab untuk mengisi waktu luangku. Sepertinya ada sedikit pencerahan karna di setiap plafom di sediakan untuk tempat belajar. Menurutku hobi bisa di salurkan agar untuk menghasilkan cuan. Dan menariknya di kontrak salah satu plafom yang menurutku tidak gampang terima naskah.
Dan kabar baiknya karyaku lolos tampa embel embel. Kali ini fokusku menulis novel memang sih pekerjaan ini tak pernah ternilai di mata orang orang tapi selagi bisa menghasilkan cuan bisa melahirkan karya karya memukau menurutku tak masalah. Bukan kah seorang jendral tidak pernah memperkenalkan dirinya bahwa dia itu jendral. Hanya orang yang peka yang bisa mengenal seorang jendral.