Disa masuk ke tempat les. Dia mengira pelajaran di tempat les telah dimulai, namun ternyata tutor belum masuk kelas. Bahkan, di kelas pun hanya terlihat cowok yang tadi membentak Kevin. Cowok itu sedang sibuk membaca buku les. Hari ini, materi yang dibahas adalah soal-soal pendalaman UN untuk mata pelajaran Fisika.
Dalam hati, Disa merasa bersalah karena cowok itu merasa terganggu dengan kehadiran Kevin. Disa menyadari, Kevin memang sikapnya masih terlalu kekanak-kanakan. Apalagi, Kevin sangat membanggakan sepeda motor kesayangannya. Setiap kali berada di keramaian, Kevin selalu memamerkan sepeda motornya dengan cara menggeber suara knalpot motor itu.
Merasa butuh meminta maaf, Disa mencoba duduk di samping bangku cowok itu. Tapi, cowok di samping Disa nampak tidak mempedulikan kehadiran Disa. Gadis itu bahkan repot-repot membuat suara batuk.
"Uhuk." Disa mencoba mencuri perhatian.
Cowok di samping Disa enggan menengok Disa barang sedetik saja.
"Ehem. Huwek. Huwek. Uhuk!" Disa kembali membuka suara.
Cowok itu mulai menengok Disa karena merasa terganggu dengan tindakan Disa, "Kalau sakit, nggak usah masuk les. Lo bakalan jadi sumber penyatkit buat anak-anak yang lagi persiapan UN. Ngerti?"
Disa merasa gagal untuk mencuri perhatian. Bukan awal percakapan yang baik, ternyata menjadi awal percakapan yang buruk. Tapi, Disa tidak hilang akal. Dia memasang senyum sebaik mungkin di bibirnya dan mengajak cowok itu bicara.
"Gue nggak liat lo kemarin-kemarin di tempat les? Apa lo baru daftar les, ya?" Disa bertanya dengan nada sopan.
Cowok itu cuma mengangguk tanpa menatap Disa.
"Hey, Disa." Gadis itu mengulurkan tangan, "Nama lo siapa?"
"Nama gue siapa, jelas bukan urusan lo." Balas cepat cowok itu sembari memperhatikan buku les.
"Kok, gitu? Gue mau kenalan? Salah kalau kenalan?"
"Salah. Terutama kalau lo punya cowok posesif kayak cowok lo yang geber-geber knalpotnya dia itu." jelas cowok itu, "Paling-paling motornya juga hasil ngemis sama orangtua? Minta motornya ngerengek, sambil nangis-nangis. Tapi, dipamerinnya ke orang lain wajahnya pake sok bringas. Najis."
"Eh!" Disa kesal karena sahabatnya direndahkan, "Kevin bukan orang kayak gitu, ya."
"Haha! Normal lo marah. Dia, kan cowok lo sendiri. Pasti lo ngamuk karena cowok lo dijelek-jelekin orang."
"Dia bukan cowok gue!"
"Siapapun dia, itu bukan urusan gue." ucap cowok itu dengan wajah tak peduli, "Bilangin ke dia, ke tempat les itu belajar, bukan malah pamer motor. Lo sebagai ceweknya harusnya tau cara negur cowok lo yang bener!"
"Bodo amat! Dia bukan cowok gue."
"Bodo amat. Siapapun dia, itu bukan urusan gue. Itu urusan lo berdua sebagai sepasang kekasih."
"Dih, bahasa lo sepasang kekasih!" Disa memperhatikan nama dada di seragam SMA cowok itu, "Oh, nama lo Kian Anggoro."
"Iya, gue lahir pas Selasa Kliwon."
"Buset!" ucap Disa dengan bingung, "Bisa liat setan dong lo? Mahluk halus gitu? Kata simbah putri gue, orang yang lahir Selasa Kliwon, menurut penanggalan Jawa, punya kemampuan bisa liat setan, lho!"
"Iya. Ada di samping gue, nih."
"Yah. Seriusan lo?" Disa bergidik, "Beneran? Di samping lo bagian mana?"