Hanya Tiga Kata

Dwita
Chapter #6

BAB 5 - Ketidakpedulian Disa

Disa turun dari ojeg online tepat di depan pagar rumahnya. Tak lupa, Disa menyelipkan tip ketika membayar tarif ojeg online-nya. Ketika memberikan helm kepada abang ojol tadi, si abang ojol menanyakan sesuatu pada Disa.

"Kenapa nggak pulang bareng pacarnya tadi yang di tempat les, Neng?"

Disa menggeleng kuat, "Itu bukan pacar saya, Bang. Kita temenan."

Abang ojol tadi sedikit meringis, tatapan abang ojol seakan tak percaya dengan ucapan Disa, "Yang bener cuman temenan, Neng?"

"Iya." Disa menjawab dengan jujur, "Kita cuman temenan, Bang. Cuma, tadi ada sedikit masalah aja. Makanya, saya nggak mau pulang bareng dia."

"Oh. Gitu, ya, Neng." nampaknya abang ojol belum cukup puas mengajak Disa berbincang, "Emang masih ada, ya, cewek dan cowok temenan tanpa rasa apa-apa?"

Disa tertawa ramah, "Kepo banget, sih, Bang! Tuh. Aplikasinya udah bunyi, tuh. Masuk order-an baru. Buruan jemput orangnya, sebelum order-annya di-cancel."

Abang ojol langsung memeriksa ponselnya, "Eh. Iya. Bener juga, Neng. Hehe. Maaf, ya, Neng, kalau kepo. Makasih, ya, Neng. Salam buat pacaranya, eh, maksudnya sahabatnya tadi."

Disa mengangguk dan segera berjalan mendekati pagar rumah. Ketika baru ingin membuka pagar, Disa mendengar dari kejauhan suara knalpot sepeda motor yang begitu Disa kenali. Disa tahu, tentu Kevin mengikutinya dari belakang ketika Disa memilih untuk menaiki ojeg online.

Masih terbayang dalam benak Disa, saat Kevin dengan bandelnya menggeber knalpot sepeda motornya di tempat les. Masih tergambar jelas di benak Disa, saat Kevin begitu sulit untuk diajak masuk les hari ini.

Disa menghela napas. Disa tahu, Kevin pasti sudah di belakangnya. Kalau nanti Kevin memanggil nama Disa, jelas saja Disa tidak akan menoleh barang sedetikpun. Disa terlanjur bete dan dia tidak ingin memberi perhatian lagi pada Kevin.

Kapok!

Iya. Disa kapok. Karena segala cara untuk membuat Kevin taubat serta kembali ke jalan yang benar sudah dilakukan oleh Disa. Dalam pikiran Disa, Disa bertanya-tanya, apakah Kevin harus dirukiyah juga?

Tapi, tentu saja semua hasilnya nihil. Kevin tetap bandel, sulit diatur, dan tetap tidak semangat masuk les. Untuk les saja Kevin malas, apalagi yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah? Jelas. Kevin lebih malas!

Benar saja. Sepeda motor Kevin turut berhenti di depan pagar rumah Disa. Disa buru-buru masuk ke dalam pagar, tapi Kevin lebih dulu berteriak memanggil nama Disa.

"Disa! Woy!" Kevin mematikan mesin sepeda motornya dan berteriak lantang memanggil sahabat karibnya, "Lo kenapa nggak mau gue anterin pulang? Lo kenapa hari ini nggak ada henti-hentinya marahin gue? Padahal, hari ini, gue berusaha buat nemenin lo sedih. Sampe gue nggak jadi berantem sama Kolay."

"Berantem mulu pikiran lo! Daritadi Kolay mulu yang lo bahas!" teriak Disa.

Dari balik pagar, Disa hanya melihat Kevin melalui sela-sela tralis pagarnya. Disa menatap Kevin dengan tatapan kesal, sementara Kevin, dengan gaya tengilnya masih saja tidak merasa bersalah.

"Mending. Lo cari tau, deh, kesalahan lo apa aja." ucap Disa dengan nada dingin, "Karena, kalau gue sendiri yang ngasih tau di mana aja kesalahan lo, maka berarti lo nggak akan pernah belajar. Lo harus belajar cari tau di mana kesalahan lo."

"Bawel! Ribet lo jadi cewek!" Kevin turun dari sepeda motornya dan berjalan mendekati pagar rumah Disa, "Kasih tau ke gue sekarang. Apa salahnya gue."

"Awas aja sampe lo maju selangkah lagi. Kalau sampe lo maju selangkah lagi. Makin dekat sama pagar rumah gue. Bakalan gue tusuk muka lo pake ballpoint!" Disa mengancam, "Jauh-jauh, deh, lo. Dasar toxic tempat les."

Lihat selengkapnya