Batas Karsa

Aesya Muhami
Chapter #7

ARI - BROTHERHOOD (I)

Anak adalah kehidupan,

Mereka sekedar lahir melaluimu tetapi bukan berasal Darimu.

Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,

Curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan Pikiranmu

karena mereka Dikaruniai pikiranya sendiri

 

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya,

Karena jiwanya milik masa mendatang

Yang tak bisa kau datangi

Bahkan dalam mimpi sekalipun

 

Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah

Menuntut mereka jadi seperti sepertimu.

Sebab kehidupan itu menuju kedepan, dan

Tidak tengelam di masa lampau.

— Kahlil Gibran

###

Ari

Di umur yang udah menginjak 15 tahun, seharusnya gue takut dengan ujian nasional yang bakal diadain bentar lagi, atau kemana SMA yang bakal gue masuki. Orang seumur gue biasanya takut nggak bisa banggain orang tua atau takut mati kecepetan gegara overdosis belajar.

Tapi sampai detik ini, diumur gue sekarang ini, gue masih takut banget duduk semeja, sama Mama.

“Gimana kabar kamu?” gue tau Mama nggak pernah bertanya serius tentang kabar, Mama lebih milih untuk tanya tentang sekolah –walau beliau selalu tau sekolah gue nggak pernah memuaskan.

“Baik.” Jawab gue cepat. “Mama sendiri gimana?”

Beliau meletakkan garpu dan pisaunya kemudian menatap gue. “Saya selalu baik.” Mama menyeka bibirnya dengan tisu sebelum menyondorkan kertas kecil yang udah disiapkan dari tadi.

“Saya dan Papa kamu sudah bercerai secara resmi. Dan minggu depan, saya akan segera berangkat ke Munich untuk memulai hidup disana.”

Di bawah meja, tangan gue terkepal kuat.

Mama masih meneruskan ucapannya. “Papa kamu memang tidak pernah datang di semua sidang, tapi akhirnya sidang ini selesai juga. Kakak kamu yang mengurus semuanya.” Tukas Mama sambil tersenyum. Tapi senyumnya itu bukan senyum tulus, melainkan senyum sinis yang ditujukan untuk gue.

Lihat selengkapnya