Mikrokosmos/mik.ro.kos.mos/n dunia kecil; khususnya manusia dan sifat kemanusiaan yang merupakan contoh dalam ukuran kecil dari alam semesta.
*Terinspirasi dari perkumpulan manusia bermasalah yang dipertemukan dengan cara yang tak disangka.
###
Libur lebaran telah usai, dan kegiatan belajar-mengajar di sekolah mulai kembali.
Halaman SMA Jaya Negara mulai ramai oleh junior yang akan mengikuti kegiatan MOS di pagi yang cerah ini. Seluruh anggota organisasi OSIS juga ramai memenuhi halaman. Mereka bertugas memimpin jalannya kegiatan MOS dan kegiatan lain yang berkaitan dengan junior baru.
Beberapa siswa tampak membuat perkumpulan sendiri –yang berisikan teman SMP mereka dulu, ada juga yang saling sapa menyapa dan baru berkenalan.
“SEMUA BERBARIS RAPI!” seruan itu datang dari seorang cewe kelas 12 yang sekarang berdiri di hadapan seluruh junior. Tatapannya tajam menyapu seluruh junior untuk segera mematuhi ucapannya. Semua junior mulai berbaris, mengikuti teman disamping dan depannya.
“Galak banget sih mbaknya. Cepet tua baru tau rasa.” Salah seorang siswi bergumam seraya bergerak merapikan barisannya. Tercantum nama ‘Maurice Adisty’ di nametagnya. “Coba kalo mereka tau gue keponakannya yang punya sekolah. Pasti gue udah jadi ratu gitu deh, dipuji-puji.” Tukasnya makin ngawur.
“Yeu, mau dipuji gimana. Prestasi aja nggak punya.” Sesosok cowo jangkung yang berbaris tepat disamping Disty menyahut. Mendengarnya, Disty menginjak sepatu cowo itu keras. “Enak aja! Prestasi gue juga banyak ya… makan chiki ball selusin dalam sehari, itu salah satunya. Prestasi loh itu!” ucapnya lagi. Cowo yang diinjak sepatunya meringis menahan sakit, sedangkan Disty hanya menyeringai jahat.
Oh ya, namanya Rey. Reynald Malik.
“DUA ORANG DI BELAKANG! JANGAN PACARAN! LEKAS RAPIKAN BARISAN!” teriakan cewe –yang ternyata dia ketua OSIS membuat Disty kembali diam sembari merapikan barisannya. Siapa yang pacaran coba? Gue aja baru SMA gini, mana ada di agama dibolehin pacaran? Dosa! Runtuknya dalam hati.
Tak lama kemudian, kegiatan MOS dimulai.
Ketua OSIS memberi pidato sambutan –yang bagi Disty, panjangnya minta ampun! Dia nggak mendengarkan isi pidato sama sekali, hanya bermain-main dengan tali sepatu barunya yang berwarna-warni. Sesekali dia mengganggu Rey yang mendengarkan pidato dengan cermat. Dia heran, kenapa semuanya pada semangat dengerin pidato? Belum lagi matahari bersinar lumayan terik, membuat pelipisnya basah keringat.
Disty menengok kesana-kemari, mungkin saja ada yang bisa diajak berkenalan.
Plak.
Tiba-tiba dia merasakan pundaknya ditepuk orang.