Dimas
Mungkin benar kalau hari pertama sekolah adalah hari paling menyenangkan. Cuma ada kegiatan perkenalan di setiap mata pelajaran. Bagi gue yang sehari-hari diisi dengan belajar, ini sebagai selingan. Padahal belakangan gue nggak focus belajar karena Gara selalu mengajak gue untuk main.
Awalnya gue mengira temen-temen kelas semacam anak berandalan yang ada di novel remaja kebanyakan. Yang berandalan tapi pinter, sering masuk ruang BK, hobi tawuran, suka cari ribut sama yang lain, kurang apa lagi gue mendeskripsikan badboy novel? Tapi ternyata nggak seburuk yang gue kira. Mereka tipe cowo yang cenderung ramai diluar, tapi didalam biasa aja –nggak suka cari ribut, nggak berandalan. Cewenya juga bukan cewe penggosip yang hobi membuat tagar #gosipsekolahterbaru atau #gosipseniorterakurat. Jadi nggak heran kalo kelas ini adem ayem tanpa masalah –kecuali masalah si cewe pendiam yang pingsan pagi tadi.
Selain dekat dengan lima manusia yang gue kenal di hari pertama MOS –kalau ditambah Gara jadi enam, gue juga dekat dengan semua manusia di kelas. Gue memang agak pendiam, tapi nggak lantas menghambat pertemanan gue dengan yang lain kan?
Contohnya seperti jam istirahat tadi. “Dim, ayok ke kantin.” Gara mengajak gue untuk ke kantin bareng yang lain. Karena saat itu perut udah keroncongan minta diisi, jadilah gue mengikuti mereka yang udah jalan duluan. Sampai di kantin, kami memutuskan siapa yang bakal pesenin makan –kemaren kan udah Disty, dan sekarang giliran Ari. Kami memilih meja pojok dekat jendela besar yang menampakkan lapangan futsal. Setelah makanan datang dan kami segera melahapnya, tiba-tiba ada yang memanggil gue.
“DIMAS!! WOY, DIMAS!” asalnya dari cowo berperawakan besar yang berada di meja nggak jauh dari kami. “GUE MAU GABUNG KESANA YA!” gue meminta persetujuan dari yang lain dan setelah semuanya setuju, gue mengangguk. Gue kira Cuma dia yang gabung, ternyata temen semejanya ikut gabung semua. Bisa bayangin nggak sih, temen semejanya ada delapan orang, ditambah meja gue ada tujuh orang. Untungnya masih ada meja kosong disamping meja kami. Mereka menggabungkan meja kosong itu dengan meja kami. Mungkin banyak senior yang mengganggap kami aneh, tapi biarlah.
Sedang asyik makan, nama gue terdengar lagi. Kali ini disertai tepukan di pundak. “Dimas! Boleh kami gabung?” semua bertatapan. Gabung dimana coba? Semua udah penuh. Nggak cukup menampung delapan orang lagi. “Tenang, gue gabungin meja yang disana!” dia menunjuk meja yang letaknya di sisi pojok kantin yang lain. Gue mengangguk.
Jadilah jam istirahat itu, seluruh anak kelas gue makan bareng dengan meja yang digabung menjadi satu deret.
###
Caca
“Ca! Caca!”
Adoohh, gue lagi mimpi bagus-bagus malah diganggu! Gue melirik Selo dengan muka kesal. “Jangan tidur, entar gurunya nggak jadi cerita loh!” oh ya, ini masih pelajaran biologi. Kebiasaan dulu di SMP suka tidur di kelas gini. Jadi kebablasan kan. Dengan cepat gue menegakkan tubuh dan merapikan poni. “Oke oke, nggak bakal tidur lagi.” Walaupun guru baru dan masih muda, gue tetep agak takut. Mungkin aja awal doang ramahnya, akhir-akhir jadi killer. Siapa tau?
Selo geleng-geleng lalu kembali focus kepada guru biologi yang sedang cerita –by the way, gue nggak tau beliau cerita apa. Mendengarkan aja udah cukup kan. Gue Cuma mendengar kata asrama-belajar-asrama-belajar. Mungkin guru ini pernah tinggal di asrama untuk belajar, terus beliau cerita tentang pengalamannya disana. Sebenarnya nggak terlalu tertarik sih, tapi demi image sebagai murid baru yang harus dijaga gue turut mendengarkan seperti temen yang lain.
Kalau harus menjawab jujur tentang kesan hari pertama sekolah, gue akan menjawab dengan satu kata. “Bosen.” Gimana nggak bosen kalau dari jam pelajaran pertama sampai jam pelajaran kesekian ini Cuma diisi perkenalan dan cerita-cerita? Gue lebih pengen kalau sekelas diajak tour keliling sekolah atau main game. Dulu di SMP waktu awal kelas tujuh, angkatan gue diajak untuk tour keliling sekolah sambil main game. Jadi entar kami diberi petunjuk pertama. Petunjuk itu yang bakal mengantarkan ke bagian sekolah yang lain. Pokoknya disetiap ruangan ada petunjuknya.
Ah, jadi kangen SMP kan.
Plak.