Satu jam yang lalu adalah adalah tadi,
Dua jam yang lalu adalah sebelumnya,
Tiga jam yang lalu adalah waktu itu,
Dan duapuluh empat jam yang lalu adalah kemaren.
###
Ari
“ARI! Gue patahin ya laptop lo!”
“Eh, jangan! Bentar lagi gue kelar bikin presentasi kok!”
Belum genap satu semester temenan sama Selo, udah keluar aja sifat aslinya. “Nggak, gue nggak percaya! Mana ada bikin presentasi layarnya warna-warni kayak main game?! Bantuin gue pokoknya!” iya, Selo yang dulunya pendiam dan pemalu –kok agak aneh gini ya, ternyata cerewet dan galaknya setara dengan level Caca sama Disty. Gue sampai berpikiran kalau dia pernah mengalami reinkarnasi –di kehidupan sebelumnya mungkin dia jadi cewe yang galaknya ngalahin Mama.
“ARII!!!”
“Iya, iya! Gue matiin laptopnya!” gue segera menekan tombol shut down dan menutup laptop. Soalnya terakhir kali gue nggak ikut kerjain tugas presentasi kelompok, Selo memukul keyboard laptop gue sampai nggak bisa dibuat ngetik. Kan kasihan, laptop mahal gini masa keyboardnya nggak bisa dipakai?
Dengan gontai gue bergabung pada lingkaran manusia yang bareng-banreng mengerjakan tugas presentasi. Melihat gue dengan muka kusut mengundang tawa dari mereka. “Ya ampun, komuk lo minta di seterika banget deh.” memang sejak dilahirkan mulutnya Maurice Adisty nggak disertai filter, makanya ceplas-ceplos. “Eitss… sebelum diseterika harus dicuci pakai detergent dulu, terus dikasih pewangi, dijemur sampai kering, baru deh diseterika.” Mulutnya Caca juga sama aja. Nggak ada yang bener diantara temen cewe gue.
“Gue bantuin apa nih?” setelah lima menit ngepandangin mereka doang, akhirnya gue berbicara. Dimas menyondorkan lembar kertas bertuliskan ‘Biodata Kelompok’. “Nih, lo isi ini aja. Presentasi biar gue sama yang lain.” Dimas memang paling baik sedunia.
Nama kelompok : PMJ (Perkumpulan Manusia Jenius)
Ketua : Selomitha Belichia
Anggota : Adrian Dimas, Aurellya Cassandra, Maurice Adisty, Raja Airlangga, Reynald Malik, Sagara Alamsyah.
Tema presentasi : Sholat gerhana
“Wuiiih… keren amat nama kelompoknya.” Gara langsung berkomentar ketika lembar itu gue berikan kepada Dimas. Lain lagi dengan Rey, “Lebay keterlaluan, udah kayak kembaran Disty aja deh lo.” yang disebut namanya langsung nyolot. “Wee ngapain bawa nama gue segala??! Nggak takut lo, entar gue laporin ke tante Bimafarzan ya!” beberapa siswa jadi melirik kelompok kami. Mungkin mereka merasa terganggu dengan suara Disty yang nggak terkontrol itu.