Bayi mungil itu menatap kedua sosok dihadapannya dengan heran.
“Ih, bayinya lucu kayak gue!!” salah satu sosok berkata sambil memasang tampang sok imut. Sedangkan sosok lainnya mencibir sambil berkata, “Lebih imut gue lah dari pada lo! wajah amit-amit kayak taplak meja!”
“HEH! Taplak meja dirumah gue bagus tuh! Cantik pula!”
*Terinspirasi dari kelahiran setiap bayi di dunia yang selalu dikelilingi rasa bahagia.
###
Caca
Kalau ekspresi wajah bisa diukur pakai skala, pasti ekspresi gue sekarang berada di skala kesepuluh. Mata menyipit, hidung kembang-kempis, lesung kelihatan, senyum sampai mulut kayak mau sobek. Bahagia? Iya, gue bahagia banget. Sampai-sampai para manusia di kelas mengira gue hiperaktif. Abis, dari pagi tadi gue nggak berhenti gerak –loncat lah, lari lah, kayak dibadan gue ada baterai tambahan deh.
Tiba-tiba ada yang noyor jidat gue. “Biasa aja dong wajahnya, gitu amat.” Nah, ini salah satunya. Sagara Alamsyah Putri emang hobi banget nyinyir, beda sama Sienna –kakaknya. “Tampang lo yang konyol jadi makin konyol tau nggak!” padahal tampangnya juga sama-sama konyol kayak gue loh. Nggak ngaca memang.
Udah udah. Ini bukan waktunya untuk ngajak Gara tawuran.
Gue menarik tangan Gara untuk segera masuk ke mobilnya Michel. Semenjak gue masuk SMA dan adiknya Sienna ini masuk di sekolah yang sama, kami jadi sering pulang bareng. Kadang gue yang nebeng, kadang Gara yang nebeng, kadang juga kami dijemput Michel untuk main ke rumahnya. Rumahnya Michel yang sekarang nggak terlalu jauh dari rumah gue, tapi dekat dengan rumah Gara. Cuma beda blok katanya.
Ngomong-ngomong tentang rumahnya Michel, hari ini gue dan Gara dijemput untuk diajak mampir kesana. Ada sesuatu yang penting disana.
Anaknya Michel udah dibawa pulang.
Iya, gue udah jadi ‘tante’.