Happy Birthd-die

Bentang Pustaka
Chapter #2

PERTEMUAN

Pertengahan Februari 2019

“Hei, Zombi!” Gadis berkulit pucat itu menoleh cepat ke arah ketua kelas yang memanggilnya. Rambut panjangnya yang sedikit bergelombang agak awut-awutan, membuat siapa pun yang melihatnya seketika bergidik, tak terkecuali Gigih si Ketua Kelas.

“Lo dipanggil Bu Seli,” ucap Gigih begitu sampai di meja Pijar. “Kayaknya ada sesuatu yang penting, deh,” sambungnya dengan bulu kuduk meremang.

Kenapa tiap kali ia di dekat Pijar, ada semilir angin yang tiba- tiba lewat? Pijar memiringkan kepala, berusaha mengingat. “Apa belakangan ini gue pernah bikin masalah?” Gigih menggeleng-geleng mantap. “Nggaklah, murid anteng kayak lo mana mungkin bikin guru marah?” Memori Pijar menyusuri kejadian beberapa bulan lalu.

Situasi masih aman dan terkendali. Label “murid baru yang baik” berhasil ia pertahankan selama hampir satu semester ini.

Lalu, ada angin apa sampai Bu Seli memanggilnya? Dengan langkah sedikit diseret, Pijar menyusuri koridor kelas X. Beberapa murid yang sedang mengobrol di luar kelas langsung menepi, memberi ruang kepada Pijar untuk berjalan.

Mereka baik hati atau takut sebenarnya? Begitu sampai di ruang guru, Pijar segera mengetuk pintu dan mengucap salam. Namun sayangnya, tak ada yang merespons.

Kemana perginya Bu Seli? Bukankah tadi Gigih bilang bahwa ia menunggu di ruang guru? Tunggu ... sebentar ....Dada Pijar tiba-tiba terasa sesak. Tatapannya menajam saat mendapati sebuah kerumunan di salah satu meja di baris belakang.

“Eh, Pijar! Sini, Nak.” Suara yang ditunggu-tunggu akhirnya menyapa. “Dari sana Ibu nggak kelihatan, ya?” tanya Bu Seli dengan nada bergurau.

Seperti terkena lem super, sepasang kaki Pijar berhenti mengentak. Berat. Seketika indra penciumannya mengendus aroma yang khas.

Aroma itu …. Aroma lilin yang baru saja dimatikan. Itu berarti ....

“Guru-guru baru aja kasih kejutan ke Bu Ghina. Hari ini Bu Ghina ulang tahun,” jelas Bu Seli seakan membaca isi kepala Pijar. “Sana, kamu kasih ucapan dulu ke Bu Ghina. Kamu murid kesayangannya, lho.” Deg! Dada Pijar serasa diguncang gempa dahsyat.

“Eh, Pijar?” Sosok yang berulang tahun kini melambaikan tangan kepadanya. Beberapa guru menyingkir. Ada yang kembali ke meja masing-masing, ada pula yang sibuk menikmati camilan dari Bu Ghina. Guru Bahasa Indonesia itu tampak bahagia dengan kedatangan Pijar. “Sini dulu, Nak.” Pijar mendongak. Samar-samar muncul bayangan angka- angka yang membentuk kombinasi bulan dan tahun di atas kepala Bu Ghina.

Lihat selengkapnya