Selesai makan malam, entah kenapa perutku terasa sakit, mau kembali ke kamar saja kaki ku tidak sanggup berjalan, lemas rasanya, seperti tidak makan selama seminggu. Seluruh tubuhku memucat dan penglihatan ku mulai kabur. Hingga akhirnya semuanya terasa berat, aku pun jatuh.
--ooo--
Day-4
Ketika aku membuka mata, samar – samar ada cahaya terang tepat di atas mata. Lampu kamarku tidak secerah ini. "Apa aku di surga?" Menoleh ke kiri, tirai jendela terbuka lebar, sekarang aku bisa melihat dengan jelas, awan berwarna biru cerah, ternyata sudah pagi, lalu menoleh ke kanan, terdapat mami dan papa ada berada di sampingku.
"Happy."
"Aku di mana mi?"
"Kamu di rumah sakit sayang."
Mami mengelus kepalaku dan mengkhawatirkan kondisiku. Aku bangun perlahan dan menyandarkan punggung. Melihat kondisi diri sendiri, betapa buruknya aku sampai harus dipasang alat nebulizer dan infus. Aku jadi merasa bersalah membuat mereka berdua cemas.
"Happy baik – baik saja mi, pa."
Mami memegang tanganku dan memasang wajah serius. "Jujur sama mami dan papa. Apa kamu berhenti minum obatnya?"
Jadi, efeknya benar – benar terjadi ya, pantas–aku tidak tersadarkan diri. Padahal aku hanya mencoba untuk tidak meminum obat itu dalam beberapa hari ini. "Happy bosan minum obat terus mi! Apalagi harus seumur hidup."
"Sayangggg."
Papa bangkit dari kursinya. Kemudian, pindah posisi dan duduk di ranjang kasurku lalu memelukku. "Papa tau. Papa mengerti sekali perasaan kamu." Aku hanya bisa diam di pelukannya. Mereka benar – benar terlihat sedih akibat kecerobohan ku yang disengaja. "Papa ingaaatt sekali ... waktu itu kamu dirawat saat kamu kecil. Papa dan mami betapa takutnya jika kehilangan kamu pada saat itu. Sangat – sangat takut. Modal papa hanya bisa berdoa, supaya Tuhan menyembuhkan satu – satunya putri papa."
Ucapan papa menyentuh hatiku dan aku mengakui bersalah karena telah membuat mereka ketakutan yang kedua kalinya.
--ooo--
Kelas XI's POV
Masih pagi keadaan suasana kelas terasa sangat tegang, hening dan tenang, mendengar suara ketukan sepatu bergema di koridor, itu artinya seseorang akan lewat meski wujudnya tidak terlihat dan kemudian sandiwara kelas mulai bereaksi. Berpura – pura tertib di bangku masing – masing, setelah itu berujung kelegaan. Di waktu yang tidak tentu, terkadang Ibu kepala sekolah rajin berpatroli ke setiap kelas. Karena itu, siswa harus bersiap diri.